Kamis, 20 Juni 2024

KISAH SAHABAT NABI :Tsumamah bin Utsal



Tsumamah bin Utsal 

“Melakukan Embargo Ekonomi Terhadap Kaum Quraisy” 

Pada tahun 6 H Rasulullah Saw bertekad untuk memperluas daerah 

dakwahnya. Beliau Saw menuliskan 8 surat yang ditujukan kepada para 

raja dan penguasa Arab dan Non-Arab. Rasul Saw juga mengutus beberapa 

orang yang membawa surat-surat tersebut untuk mengajak para raja dan 

penguasa tadi untuk memeluk Islam.

Salah seorang dari penguasa yang mendapatkan surat dari Rasul Saw 

adalah Tsumamah bin Utsal Al Hanafi. Hal itu tidak mengherankan, karena 

Tsumamah adalah salah seorang penguasa Arab pada zaman jahiliah… dan 

ia termasuk salah seorang pembesar Bani Hanifah yang terpandang. Ia juga 

salah seorang raja dari Yamamah yang setiap perintahnya harus ditaati. 



Tsumamah menerima surat Rasul Saw dengan sikap meremehkan dan 

menolak. Ia mengambilnya dengan congkak dan ia tidak mau 

mendengarkan dakwah kebenaran dan kebaikan yang sampai kepadanya. 

Lalu setan menyuruhnya untuk membunuh Rasulullah Saw dan 

menamatkan riwayat dakwah Beliau. Maka Tsumamah mulai mencari 

kesempatan terbaik untuk membunuh Rasulullah Saw saat Rasul lengah. 

Hampir saja makar ini berhasil kalau saja salah seorang paman Tsumamah 

memberitahukan kepada Rasul niat Tsumamah untuk membunuh Beliau. 

Maka Allah Swt menyelamatkan Nabi-Nya dari kejahatan Tsumamah. 

Namun, meski Tsumamah telah mengurungkan niat untuk membunuh 

Rasul Saw, akan tetapi ia masih bertekad untuk membunuh para sahabat 

Rasul Saw. Ia menunggu kesempatan untuk melakukan hal tersebut. 

Akhirnya, ia berhasil menangkap beberapa orang sahabat Rasul Saw dan 

membunuh mereka dengan begitu kejamnya. Maka Nabi Saw langsung 

memberitahukan kepada para sahabatnya bahwa Beliau Saw telah 

menghalalkan darah Tsumamah untuk dibunuh. 



Tidak lama berselang sejak kejadian itu, Tsumamah pun berniat untuk 

melakukan umrah. Ia berangkat dari kampungnya yang bernama 

Yamamah menuju Mekkah. Dalam perjalanan ia berkhayal melakukan 

thawaf berkeliling Ka’bah dan melakukan penyembelihan untuk para 

berhala yang ada di sana. 

Saat Tsumamah berada di tengah perjalanan dekat dengan Madinah 
maka ia mendapatkan musibah yang belum pernah dibayangkan olehnya. 
Ada serombongan pasukan Rasulullah Saw yang bertugas untuk 
mengintai dan mengawasi sekeliling pemukiman karena khawatir ada 
pihak musuh yang hendak menyusup dan melakukan kejahatan di 
Madinah. 
Maka pasukan tadi langsung menawan Tsumamah –dan pasukan ini 
tidak mengenal Tsumamah- lalu membawanya ke Madinah. Rombongan 
pasukan ini mengikat Tsumamah bersama dengan beberapa tawanan yang 
diikat di masjid. Mereka mengikat para tawanan tadi sambil menunggu 
hingga Rasul Saw sendiri yang memberi keputusan tentang para tawanan 
ini. 
Rasulullah Saw keluar rumah untuk pergi ke mesjid, begitu Beliau 
hendak masuk ke dalamnya, Beliau melihat Tsumamah sedang diikat oleh 
pasukan. Maka Rasul Saw langsung bertanya kepada para sahabatnya: 
“Apakah kalian tahu siapa yang kalian tawan ini?” Para sahabat menjawab: 
“Tidak, ya Rasulullah.” Rasul bersabda: “Ini adalah Tsumamah bin Utsal Al 
Hanafi. Bersikaplah yang baik terhadapnya.” 
Lalu Rasulullah Saw kembali ke rumahnya lagi dan bersabda kepada 
keluarganya: “Kumpulkan makanan yang ada pada kalian dan kirimkan 
kepada Tsumamah bin Utsal!” Kemudian Rasul Saw memerintahkan 
keluarganya untuk memeras susu unta miliknya setiap pagi dan petang dan 
membawa susu tersebut kepada Tsumamah. Semua itu dilakukan sebelum 
Tsumamah berjumpa atau berbicara kepada Rasul Saw. 

Kemudian Nabi Saw mendatangi Tsumamah dengan niat mengajak 
Tsumamah masuk ke dalam Islam. Beliau bertanya: “Bagaimana 
keadaanmu, wahai Tsumamah?” Tsumamah menjawab: “Saya baik-baik 
saja, ya Muhammad! Jika kau hendak membunuhku, maka sepantasnyalah 
kau membunuhku karena aku telah banyak membunuh sahabatmu. Jika 
kau mau memaafkan, aku akan amat berterima-kasih. Jika kau 
menginginkan harta, sebut saja sesukamu pasti akan diberikan.” 
Lalu Rasulullah Saw membiarkan Tsumamah seperti itu selama dua 
hari. Ia diberi makan dan minum dan selalu diberi susu unta. Dua hari 
kemudian Rasul Saw mendatanginya lagi dengan bertanya: “Bagaimana 
keadaanmu, wahai Tsumamah?” Tsumamah menjawab: “Aku masih tetap 
dengan apa yang telah aku katakan sebelumnya. Jika kau mau memaafkan, 
aku akan amat berterima kasih. Jika kau hendak membunuhku, maka 
sepantasnyalah kau membunuhku karena aku telah banyak membunuh 
sahabatmu. Jika kau menginginkan harta, minta saja sesukamu, pasti aku 
akan memberikannya.” 
Lalu Rasul Saw meninggalkannya lagi, dan pada hari keesokannya 
Rasul mendatanginya lagi dengan bertanya: “Bagaimana keadaanmu, 
wahai Tsumamah?” Ia menjawab: “Seperti yang pernah aku katakan 
kepadamu. Jika kau mau memaafkan, aku akan amat berterima kasih. Jika 
kau hendak membunuhku, maka sepantasnyalah kau membunuhku karena 
aku telah banyak membunuh sahabatmu. Jika kau menginginkan harta, 
minta saja sesukamu, pasti aku akan memberikannya.” 
Rasul Saw langsung menoleh ke arah para sahabatnya sambil bersabda: 
“Bebaskan Tsumamah!” Maka para sahabat melepas ikatan yang melilit 
tubuh Tsumamah dan membebaskannya. 

Tsumamah pergi meninggalkan mesjid Rasulullah Saw dan ia terus 
melanjutkan perjalanannya sehingga ia tiba di sebuah pohon kurma di 
ujung kota Madinah dekat dengan Baqi13- dekat pohon tersebut terdapat 
mata air sehingga ia bisa memberi minum hewan tunggangannya. Ia 
langsung mandi dengan bersih di mata air tersebut, lalu ia melanjutkan 
perjalanannya menuju Mesjidil Haram. 
Belum juga ia sampai ke Mekkah ia berjumpa dengan sekelompok 
orang kaum muslimin yang berkata: “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah 
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” 
Lalu Tsumamah kembali lagi menghadap Rasulullah Saw seraya 
berkata: “Ya Muhammad, Demi Allah tidak ada wajah yang paling aku 
benci selain wajahmu. Kini, wajahmu menjadi wajah yang paling aku sukai 
di muka bumi ini. Demi Allah, tidak ada agama di muka bumi ini yang 
paling aku benci selain agamamu. Kini, ia telah menjadi agama yang paling 
aku cintai. Demi Allah, tidak ada negeri yang paling aku benci selain 
negerimu. Kini, ia menjadi negeri yang paling aku sayangi.” Lalu ia 
menambahkan: “Aku telah banyak membunuh para sahabatmu, lalu apa 
yang akan kau lakukan padaku?” Rasul Saw bersabda: “Engkau tidak akan 
dicelakakan… karena Islam telah menghapuskan kesalahan yang pernah 
dilakukan oleh seseorang.” Rasul Saw memberitahukan Tsumamah akan 
kebaikan yang telah Allah tetapkan pada dirinya karena ia telah mau 
memeluk Islam. 
Raut muka Tsumamah langsung sumringah dibuatnya, dan ia langsung 
berujar: “Demi Allah, aku akan membunuh kaum musyrikin berlipat-lipat 
dari jumlah para sahabatmu yang telah aku bunuh. Aku akan menyerahkan 
diriku, pedangku dan semua pengikutku untuk membela agamamu.” 
Ia lalu berkata: “Ya Rasulullah, Aku tertarik dengan kudamu karena 
aku berniat melakukan umrah. Apa yang mesti aku lakukan?” Rasul Saw 
bersabda: “Pergilah untuk melakukan umrah, akan tetapi harus sesuai 
 
13 Baqi’: Sebuah dataran di ujung kota Madinah yang dipenuhi dengan pohon. Lalu dijadikan 
tempat pemakaman dimana banyak dikuburkan disana para sahabat Rasul Saw. 
dengan syariat Allah dan Rasul-Nya.” Rasul Saw lalu mengajarkan 
kepadanya manasik yang mesti dilakukan. 

Tsumamah pergi untuk melakukan niatnya hingga ia sampai di 
Mekkah. Ia berdiri dengan meneriakkan talbiyah dengan suara kencang: 
“Labbaika-llahumma labaik. Labaika la syarika laka labbaik. Innal hamda 
wan nikmata laka wal mulk, la syarika lak. (Aku penuhi panggilan-Mu, Ya 
Allah. Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu 
bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya, pujian, nikmat dan 
kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu).” Tsumamah menjadi 
muslim pertama yang masuk ke Mekkah dengan meneriakkan talbiyah. 

Suku Quraisy mendengar suara talbiyah yang diteriakkan oleh 
Tsumamah. Mereka menjadi berang dibuatnya. Mereka segera 
menghunuskan pedang dari sarungnya, dan berlari ke arah sumber suara 
untuk membunuh orang yang berani menyusup Mekkah dengan membaca 
kalimat tersebut. 
Begitu kaum Quraisy datang menghampiri Tsumamah. Ia malah 
memperkeras suaranya meneriakkan talbiyah. Ia menatap ke arah suku 
Quraisy dengan gagahnya. Salah seorang pemuda suku Quraisy berniat 
untuk memanah Tsumamah. Lalu suku Quraisy yang lain mencegahnya 
seraya berkata: “Celaka kamu, apakah kamu tidak kenal dengan orang ini? 
Dia adalah Tsumamah bin Utsal raja Yamamah. Demi Allah, jika kalian 
membunuhnya, maka kaumnya tidak akan mengirimkan makanan lagi 
kepada kita dan kita bisa mati kelaparan.” Kemudian suku Quraisy 
mendatangi Tsumamah setelah mereka memasukkan kembali pedang ke 
dalam sarungnya. Suku Quraisy bertanya: “Ada apa denganmu, wahai 
Tsumamah? Apakah engkau telah hilang kesadaran dan meninggalkan 
agamamu dan agama bapak moyangmu?!!” Tsumamah menjawab: “Aku 
tidak hilang kesadaran akan tetapi aku kini mengikuti agama terbaik… aku 
telah mengikuti agama Muhammad.” Ia menambahkan: “Aku bersumpah 
demi Tuhan Pemilik rumah ini (pent: Ka’bah), Setelah aku kembali lagi ke 
Yamamah, kalian tidak akan pernah menerima kiriman gandum atau 
komoditas apapun dari sana sehingga kalian semua mengikuti agama 
Muhammad…” 

Tsumamah bin Utsal menjalankan umrah sebagaimana yang diajarkan 
Rasul Saw dihadapan para suku Quraisy… Ia menyembelih hewan 
sembelihan di sana sebagai pendekatan diri kepada Allah bukan kepada 
para berhala. Ia pun kembali ke negerinya dan memerintahkan kepada 
penduduk Yamamah untuk menghentikan pengiriman produk kepada suku Quraisy; Ia menjelaskan dengan tegas perintahnya ini dan kaumnya pun 
menuruti akan titahnya. Mereka tidak mengirimkan komoditas mereka 
kepada penduduk Mekkah. 

Embargo yang diterapkan Tsumamah semakin terasa dampaknya oleh 
suku Quraisy. Harga semakin tinggi, manusia kelaparan dan mereka 
menjadi panik dibuatnya. Mereka menjadi khawatir akan keselamatan diri 
dan anak-anak mereka dari bahaya kelaparan. 
Dalam keadaan sedemikian genting bangsa Quraisy mengirimkan surat 
kepada Rasulullah Saw yang isinya: “Salah satu perjanjian di antara kita 
adalah bahwa engkau akan tetap berusaha menjaga silaturahim… Kini, 
engkau sudah memutuskan hubungan silaturahim ini; karena engkau telah 
membunuh kaum bapak kami dengan pedang dan membunuh anak-anak 
kami dengan rasa lapar. 
Tsumamah bin Utsal telah mengembargo produk mereka kepada kami 
sehingga membuat kami dalam bahaya. Jika kau tak berkeberatan untuk 
mengirimkan surat kepadanya agar ia tetap mengirimkan apa yang kami 
butuhkan, maka lakukanlah!” 
Lalu Rasulullah Saw mengirimkan surat kepada Tsumamah agar ia 
mengirimkan kembali komoditinya kepada kaum Quraisy, dan Tsumamah 
langsung melakukannya. 

Selagi ia hidup, Tsumamah bin Utsal senantiasa memelihara agamanya 
dan menjaga janjinya kepada Rasul Saw. Begitu Rasul Saw wafat, banyak 
dari kalangan bangsa Arab yang keluar dari agama Allah secara bersamasama atau sendirian. Saat itu Musailamah Al Kadzzab melakukan dakwah 
di kalangan Bani Hanifah mengajak mereka untuk beriman kepadanya. 
Tsumamah yang tahu akan hal itu mendatangi Musailamah dan berkata 
kepada kaumnya: “Wahai Bani Hanifah, hati-hatilah kalian dengan urusan 
kegelapan yang tiada cahaya di dalamnya ini… Ketauilah, Demi Allah ini 
merupakan bencana bagi orang di antara kalian yang mau mengikutinya. 
Ia juga merupakan bencana bagi orang yang mentaatinya.” Ia juga 
menyerukan: “Wahai, Bani Hanifah. Tidak pernah ada dua Nabi dalam 
masa yang sama. Sungguh Muhammad adalah Rasulullah dan tidak ada 
Nabi sesudahnya, dan juga tidak ada Nabi yang diutus bersamaan 
dengannya.” Tsumamah lalu membacakan kepada mereka: 

“Haa Miim. Diturunkan Kitab ini (al-Qur'an) dari Allah Yang Maha 
Perkasa lagi Maha Mengetahui, Yang mengampuni dosa dan 
menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai 
karunia. Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya 
kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).” (QS. Ghafir [40]: 1-3)
Ia lalu berujar: “Bagaimana kalian dapat membandingkan kalam Allah 
dengan ucapan Musailamah: “Wahai kodok yang bersih, alangkah 
bersihnya dirimu. Tidak ada minuman yang dipantangkan bagimu, dan 
tidak ada air yang kau buat keruh.” 
Lalu Tsumamah bergabung dengan mereka yang tersisa dari kaumnya 
yang masih memeluk Islam, dan menyerang kaum murtad sebagai jihad di 
jalan Allah dan menegakkan kalimat-Nya di muka bumi. 
Semoga Allah membalas kebaikan Tsumamah yang telah 
didekasikannya kepada Islam dan kaum muslimin… Semoga Allah 
memulyakannya dengan surga yang telah dijanjikan bagi orang-orang 
yang bertaqwa. 
Untuk merujuk lebih jauh tentang profil Tsumamah bin Utsal silahkan 
melihat: 
1. Al Ishabah 1/203 atau terjemah 961 
2. Al Isti’ab (Hamisyh Al Ishabah) : 1/203 
3. Al Sirah An Nabawiyah karya Ibnu Hisyam dengan Tahqiq Al 
Saqaa’: (lihat Daftar Isi) 
4. Al A’lam karya Al Zurkaly dan referensinya: 2/86 
5. Usudul Ghabah: 1/246 

Cerita ini bersumber dari penerbit :

Dari Al Adab Al Islamy 

Iman Abdur Rahman Ra’fat Al Basya 

Ridwan Abdur Rahman Ra’fat Al Basya


Untuk memiliki buku aslinya silahkan beli buku dari penerbit ini. 

Sekian dan terimakasih. 


“Maaf saya Cuma mau berbagi, 

Tidak bermaksud merugikan pihak Mana pun”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar