Senin, 17 Juni 2024

KISAH SAHABAT NABI :Al Bara’ Bin Malik Al Anshary

 


Al Bara’ Bin Malik Al Anshary 

“Janganlah Kalian Tunjuk Al Bara’ Menjadi Amir dalam Pasukan 

Muslimin, Karena Dikhawatirkan Ia Dapat Mencelakakan 

Tentaranya karena Ingin Terus Maju” (Umar Bin Khattab)

 

Rambutnya berantakan. Badannya kurus. Tulangnya kecil. Gesit dan 

sulit dilihat. 

Akan tetapi meski demikian ia berhasil membunuh 100 orang musyrik 

dalam sekali perang, selain orang-orang yang berhasil dibunuhnya dalam 

perang-perang yang diikutinya bersama para pejuang. 

Dia adalah orang yang gagah berani dan pantang mundur, demikian 

tulis Umar dalam sebuah surat yang ia tujukan untuk para pembantunya: 

“Janganlah ia ditunjuk sebagai pimpinan pasukan muslimin karena 

khawatir mereka semua terbunuh karena maju terus.” 

Dialah Al Bara’ bin Malik Al Anshary, saudara Anas bin Malik 

pembantu Rasulullah Saw. 

Jika aku paparkan semua kisah kepahlawanan Al Bara’ bin Malik pasti 

akan membutuhkan banyak ruang dan halaman; karenanya aku hanya 

akan menceritakan satu kisah saja dari kepahlawanannya yang dapat 

memberikan gambaran kepadamu tentang kisah kepahlawanannya yang 

lain. 



Kisah ini dimulai saat Rasulullah Saw wafat dan kembali ke pangkuan 

Tuhannya, saat beberapa kabilah Arab keluar dari agama Allah secara 

berbondong, seperti saat mereka masuk ke agama tersebut secara 

berbondong. Sehingga yang tersisa hanyalah para penduduk Mekkah, 

Madinah,Thaif dan beberapa kelompok di sana-sini yang Allah tetapkan 

hatinya untuk terus beriman. 



Abu Bakar As Shiddiq tetap tegar menghadapi fitnah yang merebak ini. 

Ia tegar bagai gunung kokoh yang tak bergeming. Ia menyiapkan 11 

pasukan yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beliau juga 

menyiapkan 11 panji yang masing-masing dibawa oleh panglima pasukan 

tadi. Ia mengutus ke sebelas pasukan tadi ke seluruh penjuru Arab untuk 

mengembalikan mereka yang murtad kepada jalan petunjuk dan kebenaran, dan untuk menggiring orang-orang yang sesat menuju jalan 

yang lurus lewat sabetan pedang. 

Kaum murtad yang paling kuat dan banyak pasukannya adalah Bani 

Hanifah yang menjadi para pendukung Musailamah Al Kadzab. Saat itu 

Musailamah didukung oleh kaum dan sekutunya yang berjumlah 40 ribu 

orang pejuang. Kebanyakan dari mereka mendukungnya karena fanatisme 

dan bukannya karena beriman kepadanya. Sebagian dari mereka 

mengatakan: “Aku bersaksi bahwa Musailamah adalah pembohong dan 

Muhammad adalah benar. Tetapi pembohong yang berasal dari suku 

Rabi’ah9 lebih kami sukai daripada orang yang benar berasal dari suku 

Mudhar10.” 

Musailamah berhasil mengalahkan dan memukul mundur pasukan 

pertama kaum muslimin yang dikirimkan kepadanya di bawah komando 

‘Ikrimah bin Abi Jahal.11

Lalu Abu Bakar mengirimkan pasukan muslimin kedua kepada 

Musailamah di bawah komando Khalid bin Walid dimana pasukan tersebut 

dipenuhi dengan para tokoh Anshar dan Muhajirin. Salah satu dari mereka 

adalah Al Bara’ bin Malik Al Anshary, dan banyak lagi para patriot 

pemberani dari kaum muslimin. 



Kedua pasukan bertemu di daerah Al Yamamah di Najd. Hanya 

sebentar saja maka pasukan Musailamah dan pendukungnya terlihat 

unggul. Bumi yang dipijak oleh pasukan muslimin terasa berguncang saat 

itu. Kaum muslimin mulai bergerak mundur dan terjepit. Sehingga para 

pendukung Musailamah dapat menyusup ke tenda induk Khalid bin Walid. 

Mereka mencabut tali dan tiang tenda tersebut, bahkan mereka hampir saja 

membunuh istri Khalid kalau saja tidak ada seorang dari pasukan muslimin 

yang melindunginya. 

Ketika itu kaum muslimin merasakan bahaya yang begitu besar. Mereka 

menyadari bahwa bila mereka sampai kalah oleh Musailamah maka Islam 

tidak akan berdiri tegak lagi dan Allah Swt tidak akan pernah disembah lagi 

di jazirah Arab. 

Khalid langsung bangkit menuju pasukannya. Ia memulai mengatur 

kembali pasukannya. Ia mendahulukan kaum Muhajirin di pasukan depan 

dan Anshar di belakang. Dan ia menempatkan orang-orang badu’i di 

barisan tersebut. 

Khalid juga mengumpulkan anak-anak yang berasal dari satu bapak 

dengan satu panji agar ia dapat mengetahui musibah yang menimpa setiap 

 

9

 Rabiah adalah sebuah kabilah besar di Arab yang menjadi leluhur Musailamah 

10 Mudhar adalah kabilah dimana Rasul Saw berasal. 

11 Ikrimah bin Abi Jahal dapat dilihat pada hal. 117

regu dalam peperangan ini, dan juga agar ia tahu dari sisi mana kaum 

muslimin di serang. 

Maka terjadilah perang di antara dua kubu yang begitu hebatnya. 

Kaum muslimin belum pernah menjalani peperangan yang begitu dahsyat 

seperti ini sebelumnya. Kaum Musailamah telah berdiri dengan 

congkaknya di medan perang seolah mereka bagai gunung yang tak 

bergeming dan mereka seolah tidak peduli akan banyaknya korban yang 

mereka terima… 

Dan kaum muslimin saat itu didukung oleh para pahlawan yang bila 

dikumpulkan dalam tulisan maka akan menjadi sebuah kisah 

kepahlawanan yang amat menarik. 

Terdapat di sana Tsabit bin Qais pembawa panji Al Anshar yang telah 

menyiapkan peralatan kematian, kain kafan dan menggali sendiri kuburan 

untuk dirinya. Ia masuk ke dalam lobang yang digalinya tersebut sehingga 

mencapai separuh dari betisnya. Ia berdiri tegap dalam posisinya itu. Ia 

berjuang mempertahankan panji kaumnya sehingga ia binasa dan menjadi 

syahid. 

Adalagi Zaid bin Khattab saudara Umar bin Khattab ra yang menyeru 

pasukan muslimin: “Wahai semua manusia, gigitlah kuat-kuat geraham 

kalian, seranglah musuh kalian dan terus maju pantang mundur… Wahai 

semua manusia, Demi Allah aku tidak akan berkata apapun lagi setelah ini 

sehingga Musailamah dapat dikalahkan atau hingga aku berjumpa Allah 

dan aku akan bersaksi dihadapannya… Kemudian ia mulai menyerang 

musuh dan terus berperang sehingga tewas. 

Ada juga Salim budak Abu Hudzaifah yang membawa panji kaum 

Muhajirin. Kaumnya khawatir akan kelemahan fisik dan rasa takut yang 

dimilikinya, sehingga kaumnya berkata kepada Salim: “Kami khawatir kita 

akan diserang dari arahmu.” Salim menjawab: “Jika kalian diserang musuh 

dari arahku, maka seburuk-buruknya penjaga Al Qur’an adalah aku.” 

Kemudian Salim menyerang para musuh Allah dengan begitu beraninya, 

sehingga ia tewas. 

Akan tetapi semua pahlawan tadi masih kalah dibandingkan kisah 

kepahlawanan Al Bara’ bin Malik ra. 

Hal itu karena saat Khalid melihat perang berkecamuk dengan begitu 

dahsyatnya, ia menoleh ke arah Al Bara’ bin Malik sambil berkata: 

“Seranglah mereka, wahai pemuda Anshar!” 

Maka Al Bara’ pun melihat ke arah kaumnya dan berkata: “Wahai 

kaum Anshar, janganlah salah seorangpun di antara kalian berpikir untuk 

kembali ke Madinah; tidak ada lagi Madinah bagi kalian setelah hari ini… 

yang ada hanyalah Allah saja… dan surga…” 

Kemuian Al Bara; dan kaumnya membawa panji mereka untuk 

menyerang kaum musyrikin. Dan ia terus menyerang membuka barisan 

lawan. Ia menebaskan pedangnya di leher para musuh Allah sehingga 

Musailamah dan pendukungnya terjepit. Mereka mundur ke sebuah taman yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan Hadiqatul Maut (Taman 

Kematian) karena banyaknya korban yang mati di hari itu. 



Hadiqatul Maut ini adalah sebuah bidang yang luas dan memiliki 

tembok yang tinggi. Musailamah dan ribuan tentaranya menutup gerbang-

gerbang taman tersebut. Mereka semua berlindung dengan tembok-tembok 

tinggi yang ada di dalamnya. Dan mereka menembakkan anak panah 

mereka dari dalam taman tersebut sehingga anak panah tersebut bagaikan 

hujan yang turun dengan deras bagi kaum muslimin. 

Saat itu majulah sang pejuang Islam yang gagah berani bernama Al 

Bara’ bin Malik sambil berseru: “Wahai kaumku, taruhlah aku di alat 

pelempar. Dan arahkanlah ke arah para pemanah itu. Lemparkanlah aku 

ke dalam taman dekat gerbangnya. Karenanya, bila aku tidak mati syahid, 

maka aku akan membukakan gerbang taman untuk kalian. 



Dalam sekejap Al Bara’ bin Malik telah duduk di atas alat pelempar. Dia 

adalah seorang yang berbadan kurus. Maka para pejuang yang lain 

mengangkat dan melemparkannya ke dalam Hadiqatul Maut di antara 

ribuan pasukan Musailamah. Maka turunlah Al Bara’ di pihak musuh 

seperti kilat menyambar. Ia terus menyerang mereka di depan gerbang 

taman dan ia berhasil membunuh 10 orang dari mereka dan berhasil 

membuka gerbang. Dan ia mengalami lebih dari 80 luka panah dan 

sabetan pedang karenanya. 

Maka kaum muslimin langsung merangsek ke arah Hadiqatul Maut

dari seluruh penjuru pagar dan gerbangnya. Mereka menyabetkan pedang 

ke arah leher para kelompok murtadin, sehingga tidak kurang dari 20 ribu 

dari pihak mereka menjadi korban termasuk Musailamah Al Kadzab. 



Al Bara’ bin Malik dibawa dengan kendaraannya untuk mendapatkan 

perawatan. Khalid bin Walid merawatnya selama sebulan penuh untuk 

menyembuhkan semua luka yang ada pada tubuh Al Bara hingga akhirnya 

ia pun pulih kembali. Dengan keberanian Al Bara, pasukan muslimin 

meraih kemenangan telak. 



Al Bara telah mengobarkan semangatnya untuk mendapatkan 

kesyahidan dalam peristiwa Hadiqatul Maut. Ia terus mengikuti perang 

demi perang karena ingin mewujudkan cita-citanya yang tertinggi itu dan karena rindu kepada Nabi Saw, sehingga pada hari penaklukan kota 

Tustar12 di negeri Persia. Persia saat itu dibentengi dengan salah satu 

benteng yang terletak di dataran tinggi. Kaum Muslimin telah berhasil 

mengepung mereka dengan begitu ketatnya. Saat pengepungan tersebut 

berlangsung cukup lama dan pihak Persia sudah merasa semakin terjepit 

maka mereka membuat rantai besi yang mereka ulurkan dari pagar 

benteng tersebut. Di ujung rantai digantungkan penjepit yang terbuat dari 

baja yang disulut api sehingga lebih panas dari batu bara; Penjepit itu 

berputar mengenai tubuh kaum muslimin dan mencomot tubuh mereka. 

Pasukan Persia mengangkat tubuh kaum muslimin yang terkena jepitan 

tadi ke atas baik dalam keadaan mati ataupun sekarat. 

Para pasukan Persia yang bertugas menggunakan alat tersebut 

mengarahkannya kepada Anas bin Malik –saudara Al Bara bin Malik-. 

Begitu melihatnya, AL Bara langsung melompat ke arah tembok benteng 

dan meraih rantai yang telah mengambil tubuh saudaranya. Al Bara 

berjuang keras untuk menggoncang penjepit tadi untuk mengeluarkan 

Anas dari dalamnya. Tangan Al Bara menjadi terbakar dan melepuh, ia 

tidak menghentikan usahanya sehingga saudaranya terbebas, dan iapun 

jatuh setelah hanya tulang yang tersisa dari tangannya tanpa daging 

sedikitpun. 

Dalam peperangan ini, Al Bara bin Malik Al Anshary berdo’a kepada 

Allah agar ia diberikan mati syahid. Dan Allah mengabulkan 

permohonannya. Dan Al Bara akhirnya mati sebagai seorang syahid yang 

amat rindu dengan perjumpaan dengan Allah Swt. 

Semoga Allah Swt menyinari wajah Al Bara bin Malik di surga, dan 

membuat dirinya tenang dengan hidup bersama Nabinya Muhammad Saw. 

Semoga Allah meridhainya dan ia ridha kepada Tuhannya. 

Untuk dapat mengenal sosok Al Bara bin Malik Al Anshary lebih jauh 

dapat merujuk ke: 

1. Ishabah 1/143 atau terjemah 620 

2. Al Isti’ab dengan Hamisy Al Ishabah : 1/137 

3. Thabaqat Al Kubra: 3/441 dan 7/17,121 

4. Tarik Al Thabary: (Lihat Daftar Isi pada Jilid ke 10) 

5. Al Kamil fi At Tarikh: (Lihat Daftar Isi) 

6. As Sirah karya Ibnu Hisyam: (lihat daftar isi) 

7. Hayat As Shahabah (Lihat daftar isi pada juz 4) 

8. Qadah Fath Faris karya Syit Khattab



 Cerita ini bersumber dari penerbit :

Dari Al Adab Al Islamy 

Iman Abdur Rahman Ra’fat Al Basya 

Ridwan Abdur Rahman Ra’fat Al Basya


Untuk memiliki buku aslinya silahkan beli buku dari penerbit ini. 

Sekian dan terimakasih. 


“Maaf saya Cuma mau berbagi, 

Tidak bermaksud merugikan pihak Mana pun”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar