Senin, 17 Juni 2024

Umair Bin Wahab



Umair Bin Wahab 

“Umair Bin Wahab Telah Menjadi Orang yang Paling Aku Kasihi Di 

Antara Para Anakku.” (Umar Bin Khattab) 

Umair bin Wahab Al Jumahy kembali dari perang Badr dalam kondisi 

selamat, akan tetapi ia pulang tanpa membawa anaknya yang bernama 

Wahab karena ditawan oleh kaum muslimin. 

Umair amat khawatir bila kaum muslimin akan menyiksa anaknya 

karena dosa yang telah dibuat oleh ayahnya. Dan ia juga amat khawatir 

bila kaum muslimin akan menganiaya anaknya dengan bengis sebagai 

balas dari tindakan ayahnya saat menyakiti Rasulullah Saw dan para 

sahabatnya. 



Di suatu pagi, Umair hendak pergi ke Masjidil Haram untuk bertawaf 

di Ka’bah dan mencari keberkahan para berhala yang ada di sana. Ia 

bertemu dengan Shafwan bin Umayyah7

 yang sedang duduk di samping 

Hijir Ismail. Umair lalu menghampirinya dan berkata: “Selamat pagi, wahai 

pemuka bangsa Quraisy!” Shafwan membalas: “Selamat pagi, Abu Wahab. 

Duduklah agar kita dapat berbicara sejenak! Sebab waktu dapat berhenti 

karena pembicaraan.” Umair pun duduk dihadapan Shafwan bin Umayyah. 

Kedua pria tersebut akhirnya mengingat peristiwa Badr dan kekalahan 

mereka yang telak. Mereka juga menghitung kaum mereka yang menjadi 

tawanan di tangan Muhammad dan para sahabatnya. Dan mereka menjadi 

bergidik saat mengingat para pembesar Quraisy yang mati terbunuh oleh 

pedang kaum muslimin, dan mereka terkenang akan Al Qalib8

… Lalu 

Shafwan langsung berseru: “Demi Allah, tidak ada kehidupan yang lebih 

nikmat setelah mereka.” Umair menyahut: “Demi Allah, Engkau benar.” 

Lama berselang Umair berkata lagi: “Demi Tuhan pemilik Ka’bah, kalau 

aku tidak ingat hutangku yang tidak sanggup aku bayar. Kalau saja aku 

tidak khawatir dengan keluarga yang aku khawatirkan kehidupan mereka 

bila aku tidak ada. Pasti aku sudah mendatangi Muhammad dan 

membunuhnya sehingga aku dapat menyelesaikannya dan menolak segala 

kejahatannya…” Kemudian ia meneruskan lagi ucapannya dengan suara 

 

7

 Shafwan bin Umayyah bin Khalaf Al Jumahy Al Qurasy. Panggilannya adalah Abu Wahab yang 

masuk Islam setelah penaklukan kota Mekkah. Dia adalah seorang yang terhormat dan dermawan dari 

kalangan bangsawan Quraisy. Dia juga termasuk golongan muallaf (orang yang masuk Islam karena 

hatinya telah ditundukan). Ia turut dalam perang Yarmuk dan meninggal di Mekkah pada tahun 41 H. 

8

 Al Qalib adalah sebuah sumur dimana terkubur di dalamnya kaum Musyrikin saat perang Badr. 

pelan: “Dan keberadaan anakku yang bernama Wahab yang menjadi 

tawanan mereka, itu yang membuat kepergianku ke Yatsrib menjadi hal 

yang tidak dapat dielakan.” 



Shafwan bin Umayyah memegang ucapan Umair bin Wahab. Sebelum 

kesempatan berlalu, Shafwan memandang Umair seraya berkata: “Ya 

Umair, aku akan menanggung semua hutangmu berapapun jumlahnya… 

Sedang keluargamu, aku akan menjadikan mereka seperti keluargaku 

selagi aku dan mereka masih hidup. Aku memiliki uang yang cukup 

banyak untuk merawat mereka semua.” Umair lalu menjawab: “Kalau 

begitu, jagalah pembicaraan ini dan jangan sampai ada seorangpun yang 

tahu!” Shafwan langsung membalasnya: “Aku jamin.” 



Umair bangkit dari Masjid dan api kedengkian menyala dengan hebat 

dalam hatinya kepada Muhammad Saw. Ia lalu mempersiapkan bekal 

untuk mewujudkan tekadnya. Ia tidak khawatir kegelisahan orang lain 

akan perjalanan yang ia lakukan; hal itu karena para keluarga tawanan 

Quraisy lainnya ragu untuk pergi ke Yatsrib demi mencari keluarganya 

yang ditawan di sana. 



Umair meminta keluarganya untuk mengasah pedangnya lalu 

melumurkannya dengan racun. Dan ia juga meminta agar kendaraannya 

dipersiapkan dan dibawa kehadapannya; dan iapun lalu 

menungganginya… Ia mulai menuju Madinah dengan selendang 

kebencian dan kejahatan. Akhirnya Umair tiba di Madinah dan ia berjalan 

menuju Masjid untuk mencari Rasulullah Saw. Saat ia sudah hampir 

mendekat ke pintu masjid, ia memberhentikan tunggangannya lalu turun. 



Saat itu Umar bin Khattab ra sedang duduk bersama para sahabat yang 

lain dekat pintu masjid. Mereka sedang mengenang perang Badr dan 

tawanan Quraisy serta jumlah yang terbunuh dari pihak mereka. Mereka 

juga mengenang para pahlawan muslimin dari suku muhajirin dan anshar. 

Mereka juga mengingat anugerah kemenangan yang Allah berikan kepada 

mereka, dan apa yang Allah perlihatkan kepada mereka tentang kekalahan 

yang diterima oleh musuh. 

Saat kepala Umar menoleh ia melihat Umair bin Wahab yang baru 

turun dari kendaraannya. Terlihat Umair sedang berjalan ke arah masjid 

dengan pedang terhunus. Maka Umar langsung bangkit dengan khawatir 

seraya berkata: “Inilah si anjing musuh Allah Umair bin Wahab… Demi  Allah, pastilah ia datang hendak membuat keburukan. Dialah yang pernah 

menghasut kaum musyrikin di Mekkah untuk memusuhi kami. Dan dia 

juga yang selalu menjadi mata-mata sebelum terjadinya perang Badr.” Lalu 

Umar berpesan kepada para sahabatnya: “Pergilah kepada Rasulullah dan 

tetaplah kalian bersamanya! Waspadalah saat setan pembuat makar ini 

akan berlaku khianat kepada Beliau!” 

Kemudian Umar datang menghadap Nabi Saw seraya berkata: “Ya 

Rasulullah, ada musuh Allah bernama Umair bin Wahab datang dengan 

membawa pedang terhunus. Aku menduga bahwa ia ingin membuat 

kerusakan.” Lalu Rasul Saw bersabda: “Bawalah ia menghadapku.” 

Kemuian Umar mendatangi Umair bin Wahab. Umar lalu mengambil 

kerah baju Umair dengan keras, lalu melipat leher Umair sampai mencium 

tempat pedang yang berada di pinggulnya. Lalu Umar membawanya 

menghadap Rasul Saw. 

Saat Rasulullah Saw mendapatinya dalam kondisi sedemikian, maka 

Beliau bersabda kepada Umar: “Lepaskan dia, ya Umar!” Lalu Umar pun 

melepaskannya, lalu berkata kepada Umair: Menjauhlah dari Rasul!” Lalu 

Umair pun menjauh dari Rasul. Lalu Rasul Saw mendekat ke arah Umair 

bin Wahab seraya bersabda: “Duduklah, ya Umair!” Lalu Umairpun duduk 

dan berkata: “Selamat pagi!” Lalu Rasulullah Saw menjawab: “Allah telah 

memulyakan kami dengan ucapan penghormatan yang lebih baik dari yang 

kau ucapan, wahai Umair! Allah telah memuliakan kami dengan salam dan 

itu adalah ucapan ahli surga.” Lalu Umair menjawab: “Demi Allah, apa 

yang kau ucapkan tidak jauh berbeda dengan ucapan kami. Dan jarakmu 

dengan kami hanya sedikit saja.” Lalu Rasul Saw bertanya kepadanya: “Apa 

yang membawamu ke sini, wahai Umair?” Umair menjawab: “Aku ke sini 

untuk memohon kebebasan bagi tawanan yang kalian tawan. Bersikaplah 

baik kepadaku dalam hal ini.” Rasul Saw bertanya lagi: “Lalu apa 

maksudnya pedang yang kau bawa di lehermu ini?” Umair menjawab: “Ini 

adalah pedang yang jelek… apakah ia bermanfaat buat kami saat 

terjadinya perang Badr?!!” Rasul Saw bertanya lagi: “Berkatalah yang jujur, 

apa yang kau inginkan hingga datang ke sini, wahai Umair?” Umair 

menjawab: “Aku hanya datang untuk maksud yang telah aku sebutkan.” 

Rasul Saw bersabda: “Bukan, namun kau pernah duduk bersama Shafwan 

bin Umayyah dekat Hijir Ismail, dan kalian berdua mengenang orangorang Quraisy yang terkubur di Al Qalib lalu kau berkata: ‘kalau bukan 

karena hutang dan keluargaku aku akan datang kepada Muhammad lalu 

membunuhnya… lalu Shafwan bin Umayyah bersedia untuk membayar 

hutangmu dan menjaga keluargamu agar engkau dapat membunuhku… 

dan Allah adalah penghalang dirimu untuk melakukannya.” 

Umair merasa terkejut sesaat, lalu ia mengatakan: aku bersakdi bahwa 

engkau adalah utusan Allah. Kemudian ia mengatakan: “Dahulu kami 

selalu mendustakan apa yang engkau bawa dari berita langit. Dan kami 

juga mendustakan wahyu yang turun kepadamu. Akan tetapi kisah 

pembicaraanku dengan Shafwan bin Umayyah tidak ada yang 

mengetahuinya selain aku dan dia. 

Demi Allah, kini aku yakin bahwa yang telah memberitahukanmu 

adalah Allah. Segala puji bagi Allah yang telah mengantarkan aku kesini 

untuk menunjukkan aku kepada Islam.” 

Lalu ia bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa 

Muhammad adalah utusan Allah. Dan akhirnya, ia pun masuk Islam. 

Rasul Saw lalu bersabda: “Ajarkan saudara kalian ini tentang 

agamanya. Ajarkan kepadanya Al Qur’an dan bebaskan tawanannya.” 



Kaum muslimin amat bergembira dengan keislaman Umair bin Wahab; 

bahkan Umar bin Khattab ra sempat berkata: “Tidak ada babi yang lebih 

aku cintai selain Umair bin Wahab saat ia datang menghadap Rasulullah 

Saw. Mulai hari ini ia adalh orang yang paling aku cintai daripada anakanakku sendiri.” 



Saat Umair sedang mensucikan dirinya dengan ajaran Islam, mengisi 

hatinya dengan cahaya Al Qur’an, dan mengisi hari-hari terindah dalam 

sisa umurnya yang membuat ia terlupa akan Mekkah dan orang-orang 

yang tinggal di dalamnya. Pada saat yang sama Shafwan bin Umayyah 

sedang berangan-angan, dan ia melewati perkumpulan orang-orang 

Quraisy sambil berkata: “Bergembiralah dengan berita besar yang akan 

kalian dengan sebentar lagi. Sebuah berita yang akan membuat kalian 

melupakan peristiwa Badr!” 

Setelah penantian cukup lama yang dijalani Shafwan bin Umayyah, 

maka sedikit demi sedikit ia merasa kekhawatiran merasuki dirinya. 

Sehingga hatinya menjadi lebih panas ketimbang batu bara. Dan ia mulai 

kasak-kusuk bertanya kepada para pengelana tentang kabar Umair bin 

Wahab, namun tidak satu pun jawaban mereka yang dapat 

memuaskannya. Namun datang seorang pengelana yang mengatakan 

bahwa Umair telah masuk Islam. Begitu mendengar berita itu, seraya 

tersambar petir Shafwan dibuatnya… karena ia menduga bahwa Umair bin 

Wahab tidak akan masuk Islam meski semua manusia di bumi ini masuk 

Islam. 



Sedang Umair bin Wahab sendiri hampir saja menguasai agama yang 

baru dianutnya dan menghapal beberapa ayat Al Qur’an yang mudah 

baginya sehingga ia datang menghadap Nabi Saw seraya berkata: “Ya 

Rasulullah dahulu aku adalah seorang yang selalu berusaha untuk 

memadamkan cahaya Allah. Dahulunya aku adalah orang yang selalu 

menyiksa para pemeluk Islam. Aku berharap engkau mengizinkan aku 

untuk datang ke Mekkah untuk berdakwah kepada kaum Quraisy agar 

kembali ke jalan Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka menerima dakwahku, 

maka itu amat baik buat mereka. Jika mereka menolak dan berpaling 

dariku, maka aku akan menyiksa mereka sebagaimana aku dulunya 

menyiksa para sahabat Rasul Saw.” 

Rasul Saw memberinya izin dan ia pun berangkat ke Mekkah. 

Sesampainya di sana ia datang ke rumah Shafwan bin Umayyah sambil 

berkata: “Ya Shafwan, engkau adalah salah seorang pemuka kota Mekkah, 

seorang intelektual dari suku Quraisy. Apakah menurutmu apa yang kalian 

lakukan dengan beribadah kepada batu dan melakukan penyembelihan 

untuknya dapat diterima oleh akal untuk dijadikan agama?!” 

Sedangkan aku kini telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan 

bahwa Muhammad adalah utusan Allah. 



Lalu Umair mulai berdakwah di Mekkah sehingga banyak orang yang 

masuk Islam karena dakwahnya. Semoga Allah Swt melipatgandakan 

pahala Umair bin Wahab dan memberikan cahaya pada kuburnya. 

Untuk dapat mengenal sosok Umair bin Wahab lebih jauh dapat 

merujuk ke: 

1.ayat As Shahabah (Lihat daftar isi pada juz 4) 

2. As Sirah karya Ibnu Hisyam dengan Tahqiq Al Saqaa: (lihat 

daftar isi) 

3. Ishabah 3/36 atau terjemah 6058 

4. Thabaqat Ibnu Sa’d 4/146 

Cerita ini bersumber dari penerbit :

Dari Al Adab Al Islamy 

Iman Abdur Rahman Ra’fat Al Basya 

Ridwan Abdur Rahman Ra’fat Al Basya


Untuk memiliki buku aslinya silahkan beli buku dari penerbit ini. 

Sekian dan terimakasih. 


“Maaf saya Cuma mau berbagi, 

Tidak bermaksud merugikan pihak Mana pun”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar