Bismillah Berusaha untuk berbuat semampu saya, Jika ada tulisan atau postingan yang kurang berkenan, harap di maafkan. Yang baik di jadikan tauladan, Yang buruk jadikan sepadan.
Kamis, 11 Juli 2024
Mengedit video milik orang lain dan kemudian mengunggahnya ke YouTube melanggar hak cipta
Agar tidak patah semangat menjadi konten kreator
Agar tidak patah semangat dalam membuat konten, berikut beberapa tips yang bisa membantu:
1. **Tetapkan Tujuan yang Realistis**: Mulailah dengan menetapkan tujuan kecil dan realistis. Ketika kamu mencapai tujuan-tujuan ini, kamu akan merasa termotivasi untuk terus maju.
2. **Nikmati Prosesnya**: Ingatlah bahwa membuat konten adalah sebuah proses kreatif. Nikmati setiap langkahnya, dari perencanaan hingga editing. Jangan terlalu fokus pada hasil akhir.
3. **Cari Inspirasi**: Tonton video dari kreator lain yang kamu sukai. Hal ini bisa memberikan inspirasi dan ide-ide baru untuk kontenmu sendiri.
4. **Variasi Konten**: Cobalah berbagai jenis konten untuk melihat apa yang paling kamu nikmati. Ini juga bisa mencegah kebosanan dan menjaga semangatmu.
5. **Istirahat yang Cukup**: Jangan memaksakan diri. Ambil istirahat jika merasa lelah atau kehabisan ide. Ini penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisikmu.
6. **Dukungan dari Komunitas**: Bergabunglah dengan komunitas kreator lain. Dukungan dari mereka bisa menjadi sumber motivasi dan memberikan perspektif baru.
7. **Rayakan Pencapaian Kecil**: Setiap pencapaian, sekecil apapun, patut dirayakan. Hal ini akan memberimu perasaan pencapaian dan memotivasi untuk mencapai lebih banyak lagi.
8. **Fokus pada Progres, Bukan Angka**: Jangan terlalu terobsesi dengan jumlah penonton atau subscriber. Fokuslah pada kualitas konten dan perkembangan dirimu sebagai kreator.
9. **Ingat Alasan Mulai**: Kembali ke alasan mengapa kamu mulai membuat konten. Apakah karena passion, ingin berbagi pengetahuan, atau hiburan? Ingatkan dirimu tentang alasan ini saat merasa down.
10. **Belajar dari Feedback**: Anggap setiap kritik sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Jangan biarkan komentar negatif menjatuhkanmu, tapi gunakan sebagai bahan evaluasi diri.
Teruslah semangat dan tetap berkreasi! Semoga tips ini membantu kamu untuk tetap termotivasi dalam perjalananmu sebagai konten kreator.
Credit : CHATGPT

TIPS JADI YOUTUBER PEMULA

Kamis, 20 Juni 2024
KISAH SAHABAT NABI :Tsumamah bin Utsal
Tsumamah bin Utsal
“Melakukan Embargo Ekonomi Terhadap Kaum Quraisy”
Pada tahun 6 H Rasulullah Saw bertekad untuk memperluas daerah
dakwahnya. Beliau Saw menuliskan 8 surat yang ditujukan kepada para
raja dan penguasa Arab dan Non-Arab. Rasul Saw juga mengutus beberapa
orang yang membawa surat-surat tersebut untuk mengajak para raja dan
penguasa tadi untuk memeluk Islam.
Salah seorang dari penguasa yang mendapatkan surat dari Rasul Saw
adalah Tsumamah bin Utsal Al Hanafi. Hal itu tidak mengherankan, karena
Tsumamah adalah salah seorang penguasa Arab pada zaman jahiliah… dan
ia termasuk salah seorang pembesar Bani Hanifah yang terpandang. Ia juga
salah seorang raja dari Yamamah yang setiap perintahnya harus ditaati.
Tsumamah menerima surat Rasul Saw dengan sikap meremehkan dan
menolak. Ia mengambilnya dengan congkak dan ia tidak mau
mendengarkan dakwah kebenaran dan kebaikan yang sampai kepadanya.
Lalu setan menyuruhnya untuk membunuh Rasulullah Saw dan
menamatkan riwayat dakwah Beliau. Maka Tsumamah mulai mencari
kesempatan terbaik untuk membunuh Rasulullah Saw saat Rasul lengah.
Hampir saja makar ini berhasil kalau saja salah seorang paman Tsumamah
memberitahukan kepada Rasul niat Tsumamah untuk membunuh Beliau.
Maka Allah Swt menyelamatkan Nabi-Nya dari kejahatan Tsumamah.
Namun, meski Tsumamah telah mengurungkan niat untuk membunuh
Rasul Saw, akan tetapi ia masih bertekad untuk membunuh para sahabat
Rasul Saw. Ia menunggu kesempatan untuk melakukan hal tersebut.
Akhirnya, ia berhasil menangkap beberapa orang sahabat Rasul Saw dan
membunuh mereka dengan begitu kejamnya. Maka Nabi Saw langsung
memberitahukan kepada para sahabatnya bahwa Beliau Saw telah
menghalalkan darah Tsumamah untuk dibunuh.
Tidak lama berselang sejak kejadian itu, Tsumamah pun berniat untuk
melakukan umrah. Ia berangkat dari kampungnya yang bernama
Yamamah menuju Mekkah. Dalam perjalanan ia berkhayal melakukan
thawaf berkeliling Ka’bah dan melakukan penyembelihan untuk para
berhala yang ada di sana.
Dari Al Adab Al Islamy
Iman Abdur Rahman Ra’fat Al Basya
Ridwan Abdur Rahman Ra’fat Al Basya
Untuk memiliki buku aslinya silahkan beli buku dari penerbit ini.
Sekian dan terimakasih.
“Maaf saya Cuma mau berbagi,
Tidak bermaksud merugikan pihak Mana pun”
Rabu, 19 Juni 2024
Membalas Perbuatan Raja
Membalas Perbuatan Raja
Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan
penuturan istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas
titan langsung Baginda Raja membongkar rumah dan terus
menggali tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Baginda
bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas
dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah mereka
terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan.
Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas.
Apabila mengganti kerugian. inilah yang membuat Abu Nawas
memendam dendam.
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia
menemukan muslihat untuk membalas Baginda. Makanan yang
dihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya
lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak.
Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu
makanan Abu Nawas yang sudah basi. la tiba-tiba tertawa riang.
"Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan
sebatang besi.” Abu Nawas berkata kepada istrinya.
"Untuk apa?" tanya istrinya heran.
"Membalas Baginda Raja.” kata Abu Nawas singkat.
Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju
istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan
berkata,
"Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda
hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak
diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari
hamba dan berani memakan makanan hamba.”
"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu
Nawas?" sergap Baginda kasar.
"Lalat-lalat ini, Tuanku.” kata Abu Nawas sambil
membuka penutup piringnya. "Kepada siapa lagi kalau bukan
kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan
perlakuan yang tidak adil ini.”
"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan
dariku?"
"Hamba hanya menginginkan ijin tertulis da ri Baginda
sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat
itu.” Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menotak
permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri
sedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa Baginda
membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas
memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.
Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir
lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di
sana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya
dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat
itu. Ada yang hinggap di kaca.
Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga
hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran
patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya
remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas
tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di
tempayan Baginda Raja.
Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali
menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas
dan keluarganya. Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon
diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur.
Bukan hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu. Kini ia sadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu
Nawas. Abu Nawas yang nampak lucu dan sering
menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang
dan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang yang
mengusiknya.
Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti
sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa
yang dibawa dari istana.
Karya : MB. Rahimsyah

Senin, 17 Juni 2024
KISAH SAHABAT NABI :Al Bara’ Bin Malik Al Anshary
Al Bara’ Bin Malik Al Anshary
“Janganlah Kalian Tunjuk Al Bara’ Menjadi Amir dalam Pasukan
Muslimin, Karena Dikhawatirkan Ia Dapat Mencelakakan
Tentaranya karena Ingin Terus Maju” (Umar Bin Khattab)
Rambutnya berantakan. Badannya kurus. Tulangnya kecil. Gesit dan
sulit dilihat.
Akan tetapi meski demikian ia berhasil membunuh 100 orang musyrik
dalam sekali perang, selain orang-orang yang berhasil dibunuhnya dalam
perang-perang yang diikutinya bersama para pejuang.
Dia adalah orang yang gagah berani dan pantang mundur, demikian
tulis Umar dalam sebuah surat yang ia tujukan untuk para pembantunya:
“Janganlah ia ditunjuk sebagai pimpinan pasukan muslimin karena
khawatir mereka semua terbunuh karena maju terus.”
Dialah Al Bara’ bin Malik Al Anshary, saudara Anas bin Malik
pembantu Rasulullah Saw.
Jika aku paparkan semua kisah kepahlawanan Al Bara’ bin Malik pasti
akan membutuhkan banyak ruang dan halaman; karenanya aku hanya
akan menceritakan satu kisah saja dari kepahlawanannya yang dapat
memberikan gambaran kepadamu tentang kisah kepahlawanannya yang
lain.
Kisah ini dimulai saat Rasulullah Saw wafat dan kembali ke pangkuan
Tuhannya, saat beberapa kabilah Arab keluar dari agama Allah secara
berbondong, seperti saat mereka masuk ke agama tersebut secara
berbondong. Sehingga yang tersisa hanyalah para penduduk Mekkah,
Madinah,Thaif dan beberapa kelompok di sana-sini yang Allah tetapkan
hatinya untuk terus beriman.
Abu Bakar As Shiddiq tetap tegar menghadapi fitnah yang merebak ini.
Ia tegar bagai gunung kokoh yang tak bergeming. Ia menyiapkan 11
pasukan yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beliau juga
menyiapkan 11 panji yang masing-masing dibawa oleh panglima pasukan
tadi. Ia mengutus ke sebelas pasukan tadi ke seluruh penjuru Arab untuk
mengembalikan mereka yang murtad kepada jalan petunjuk dan kebenaran, dan untuk menggiring orang-orang yang sesat menuju jalan
yang lurus lewat sabetan pedang.
Kaum murtad yang paling kuat dan banyak pasukannya adalah Bani
Hanifah yang menjadi para pendukung Musailamah Al Kadzab. Saat itu
Musailamah didukung oleh kaum dan sekutunya yang berjumlah 40 ribu
orang pejuang. Kebanyakan dari mereka mendukungnya karena fanatisme
dan bukannya karena beriman kepadanya. Sebagian dari mereka
mengatakan: “Aku bersaksi bahwa Musailamah adalah pembohong dan
Muhammad adalah benar. Tetapi pembohong yang berasal dari suku
Rabi’ah9 lebih kami sukai daripada orang yang benar berasal dari suku
Mudhar10.”
Musailamah berhasil mengalahkan dan memukul mundur pasukan
pertama kaum muslimin yang dikirimkan kepadanya di bawah komando
‘Ikrimah bin Abi Jahal.11
Lalu Abu Bakar mengirimkan pasukan muslimin kedua kepada
Musailamah di bawah komando Khalid bin Walid dimana pasukan tersebut
dipenuhi dengan para tokoh Anshar dan Muhajirin. Salah satu dari mereka
adalah Al Bara’ bin Malik Al Anshary, dan banyak lagi para patriot
pemberani dari kaum muslimin.
Kedua pasukan bertemu di daerah Al Yamamah di Najd. Hanya
sebentar saja maka pasukan Musailamah dan pendukungnya terlihat
unggul. Bumi yang dipijak oleh pasukan muslimin terasa berguncang saat
itu. Kaum muslimin mulai bergerak mundur dan terjepit. Sehingga para
pendukung Musailamah dapat menyusup ke tenda induk Khalid bin Walid.
Mereka mencabut tali dan tiang tenda tersebut, bahkan mereka hampir saja
membunuh istri Khalid kalau saja tidak ada seorang dari pasukan muslimin
yang melindunginya.
Ketika itu kaum muslimin merasakan bahaya yang begitu besar. Mereka
menyadari bahwa bila mereka sampai kalah oleh Musailamah maka Islam
tidak akan berdiri tegak lagi dan Allah Swt tidak akan pernah disembah lagi
di jazirah Arab.
Khalid langsung bangkit menuju pasukannya. Ia memulai mengatur
kembali pasukannya. Ia mendahulukan kaum Muhajirin di pasukan depan
dan Anshar di belakang. Dan ia menempatkan orang-orang badu’i di
barisan tersebut.
Khalid juga mengumpulkan anak-anak yang berasal dari satu bapak
dengan satu panji agar ia dapat mengetahui musibah yang menimpa setiap
9
Rabiah adalah sebuah kabilah besar di Arab yang menjadi leluhur Musailamah
10 Mudhar adalah kabilah dimana Rasul Saw berasal.
11 Ikrimah bin Abi Jahal dapat dilihat pada hal. 117
regu dalam peperangan ini, dan juga agar ia tahu dari sisi mana kaum
muslimin di serang.
Maka terjadilah perang di antara dua kubu yang begitu hebatnya.
Kaum muslimin belum pernah menjalani peperangan yang begitu dahsyat
seperti ini sebelumnya. Kaum Musailamah telah berdiri dengan
congkaknya di medan perang seolah mereka bagai gunung yang tak
bergeming dan mereka seolah tidak peduli akan banyaknya korban yang
mereka terima…
Dan kaum muslimin saat itu didukung oleh para pahlawan yang bila
dikumpulkan dalam tulisan maka akan menjadi sebuah kisah
kepahlawanan yang amat menarik.
Terdapat di sana Tsabit bin Qais pembawa panji Al Anshar yang telah
menyiapkan peralatan kematian, kain kafan dan menggali sendiri kuburan
untuk dirinya. Ia masuk ke dalam lobang yang digalinya tersebut sehingga
mencapai separuh dari betisnya. Ia berdiri tegap dalam posisinya itu. Ia
berjuang mempertahankan panji kaumnya sehingga ia binasa dan menjadi
syahid.
Adalagi Zaid bin Khattab saudara Umar bin Khattab ra yang menyeru
pasukan muslimin: “Wahai semua manusia, gigitlah kuat-kuat geraham
kalian, seranglah musuh kalian dan terus maju pantang mundur… Wahai
semua manusia, Demi Allah aku tidak akan berkata apapun lagi setelah ini
sehingga Musailamah dapat dikalahkan atau hingga aku berjumpa Allah
dan aku akan bersaksi dihadapannya… Kemudian ia mulai menyerang
musuh dan terus berperang sehingga tewas.
Ada juga Salim budak Abu Hudzaifah yang membawa panji kaum
Muhajirin. Kaumnya khawatir akan kelemahan fisik dan rasa takut yang
dimilikinya, sehingga kaumnya berkata kepada Salim: “Kami khawatir kita
akan diserang dari arahmu.” Salim menjawab: “Jika kalian diserang musuh
dari arahku, maka seburuk-buruknya penjaga Al Qur’an adalah aku.”
Kemudian Salim menyerang para musuh Allah dengan begitu beraninya,
sehingga ia tewas.
Akan tetapi semua pahlawan tadi masih kalah dibandingkan kisah
kepahlawanan Al Bara’ bin Malik ra.
Hal itu karena saat Khalid melihat perang berkecamuk dengan begitu
dahsyatnya, ia menoleh ke arah Al Bara’ bin Malik sambil berkata:
“Seranglah mereka, wahai pemuda Anshar!”
Maka Al Bara’ pun melihat ke arah kaumnya dan berkata: “Wahai
kaum Anshar, janganlah salah seorangpun di antara kalian berpikir untuk
kembali ke Madinah; tidak ada lagi Madinah bagi kalian setelah hari ini…
yang ada hanyalah Allah saja… dan surga…”
Kemuian Al Bara; dan kaumnya membawa panji mereka untuk
menyerang kaum musyrikin. Dan ia terus menyerang membuka barisan
lawan. Ia menebaskan pedangnya di leher para musuh Allah sehingga
Musailamah dan pendukungnya terjepit. Mereka mundur ke sebuah taman yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan Hadiqatul Maut (Taman
Kematian) karena banyaknya korban yang mati di hari itu.
Hadiqatul Maut ini adalah sebuah bidang yang luas dan memiliki
tembok yang tinggi. Musailamah dan ribuan tentaranya menutup gerbang-
gerbang taman tersebut. Mereka semua berlindung dengan tembok-tembok
tinggi yang ada di dalamnya. Dan mereka menembakkan anak panah
mereka dari dalam taman tersebut sehingga anak panah tersebut bagaikan
hujan yang turun dengan deras bagi kaum muslimin.
Saat itu majulah sang pejuang Islam yang gagah berani bernama Al
Bara’ bin Malik sambil berseru: “Wahai kaumku, taruhlah aku di alat
pelempar. Dan arahkanlah ke arah para pemanah itu. Lemparkanlah aku
ke dalam taman dekat gerbangnya. Karenanya, bila aku tidak mati syahid,
maka aku akan membukakan gerbang taman untuk kalian.
Dalam sekejap Al Bara’ bin Malik telah duduk di atas alat pelempar. Dia
adalah seorang yang berbadan kurus. Maka para pejuang yang lain
mengangkat dan melemparkannya ke dalam Hadiqatul Maut di antara
ribuan pasukan Musailamah. Maka turunlah Al Bara’ di pihak musuh
seperti kilat menyambar. Ia terus menyerang mereka di depan gerbang
taman dan ia berhasil membunuh 10 orang dari mereka dan berhasil
membuka gerbang. Dan ia mengalami lebih dari 80 luka panah dan
sabetan pedang karenanya.
Maka kaum muslimin langsung merangsek ke arah Hadiqatul Maut
dari seluruh penjuru pagar dan gerbangnya. Mereka menyabetkan pedang
ke arah leher para kelompok murtadin, sehingga tidak kurang dari 20 ribu
dari pihak mereka menjadi korban termasuk Musailamah Al Kadzab.
Al Bara’ bin Malik dibawa dengan kendaraannya untuk mendapatkan
perawatan. Khalid bin Walid merawatnya selama sebulan penuh untuk
menyembuhkan semua luka yang ada pada tubuh Al Bara hingga akhirnya
ia pun pulih kembali. Dengan keberanian Al Bara, pasukan muslimin
meraih kemenangan telak.
Al Bara telah mengobarkan semangatnya untuk mendapatkan
kesyahidan dalam peristiwa Hadiqatul Maut. Ia terus mengikuti perang
demi perang karena ingin mewujudkan cita-citanya yang tertinggi itu dan karena rindu kepada Nabi Saw, sehingga pada hari penaklukan kota
Tustar12 di negeri Persia. Persia saat itu dibentengi dengan salah satu
benteng yang terletak di dataran tinggi. Kaum Muslimin telah berhasil
mengepung mereka dengan begitu ketatnya. Saat pengepungan tersebut
berlangsung cukup lama dan pihak Persia sudah merasa semakin terjepit
maka mereka membuat rantai besi yang mereka ulurkan dari pagar
benteng tersebut. Di ujung rantai digantungkan penjepit yang terbuat dari
baja yang disulut api sehingga lebih panas dari batu bara; Penjepit itu
berputar mengenai tubuh kaum muslimin dan mencomot tubuh mereka.
Pasukan Persia mengangkat tubuh kaum muslimin yang terkena jepitan
tadi ke atas baik dalam keadaan mati ataupun sekarat.
Para pasukan Persia yang bertugas menggunakan alat tersebut
mengarahkannya kepada Anas bin Malik –saudara Al Bara bin Malik-.
Begitu melihatnya, AL Bara langsung melompat ke arah tembok benteng
dan meraih rantai yang telah mengambil tubuh saudaranya. Al Bara
berjuang keras untuk menggoncang penjepit tadi untuk mengeluarkan
Anas dari dalamnya. Tangan Al Bara menjadi terbakar dan melepuh, ia
tidak menghentikan usahanya sehingga saudaranya terbebas, dan iapun
jatuh setelah hanya tulang yang tersisa dari tangannya tanpa daging
sedikitpun.
Dalam peperangan ini, Al Bara bin Malik Al Anshary berdo’a kepada
Allah agar ia diberikan mati syahid. Dan Allah mengabulkan
permohonannya. Dan Al Bara akhirnya mati sebagai seorang syahid yang
amat rindu dengan perjumpaan dengan Allah Swt.
Semoga Allah Swt menyinari wajah Al Bara bin Malik di surga, dan
membuat dirinya tenang dengan hidup bersama Nabinya Muhammad Saw.
Semoga Allah meridhainya dan ia ridha kepada Tuhannya.
Untuk dapat mengenal sosok Al Bara bin Malik Al Anshary lebih jauh
dapat merujuk ke:
1. Ishabah 1/143 atau terjemah 620
2. Al Isti’ab dengan Hamisy Al Ishabah : 1/137
3. Thabaqat Al Kubra: 3/441 dan 7/17,121
4. Tarik Al Thabary: (Lihat Daftar Isi pada Jilid ke 10)
5. Al Kamil fi At Tarikh: (Lihat Daftar Isi)
6. As Sirah karya Ibnu Hisyam: (lihat daftar isi)
7. Hayat As Shahabah (Lihat daftar isi pada juz 4)
8. Qadah Fath Faris karya Syit Khattab
Dari Al Adab Al Islamy
Iman Abdur Rahman Ra’fat Al Basya
Ridwan Abdur Rahman Ra’fat Al Basya
Untuk memiliki buku aslinya silahkan beli buku dari penerbit ini.
Sekian dan terimakasih.
“Maaf saya Cuma mau berbagi,
Tidak bermaksud merugikan pihak Mana pun”
Umair Bin Wahab
“Umair Bin Wahab Telah Menjadi Orang yang Paling Aku Kasihi Di
Antara Para Anakku.” (Umar Bin Khattab)
Umair bin Wahab Al Jumahy kembali dari perang Badr dalam kondisi
selamat, akan tetapi ia pulang tanpa membawa anaknya yang bernama
Wahab karena ditawan oleh kaum muslimin.
Umair amat khawatir bila kaum muslimin akan menyiksa anaknya
karena dosa yang telah dibuat oleh ayahnya. Dan ia juga amat khawatir
bila kaum muslimin akan menganiaya anaknya dengan bengis sebagai
balas dari tindakan ayahnya saat menyakiti Rasulullah Saw dan para
sahabatnya.
Di suatu pagi, Umair hendak pergi ke Masjidil Haram untuk bertawaf
di Ka’bah dan mencari keberkahan para berhala yang ada di sana. Ia
bertemu dengan Shafwan bin Umayyah7
yang sedang duduk di samping
Hijir Ismail. Umair lalu menghampirinya dan berkata: “Selamat pagi, wahai
pemuka bangsa Quraisy!” Shafwan membalas: “Selamat pagi, Abu Wahab.
Duduklah agar kita dapat berbicara sejenak! Sebab waktu dapat berhenti
karena pembicaraan.” Umair pun duduk dihadapan Shafwan bin Umayyah.
Kedua pria tersebut akhirnya mengingat peristiwa Badr dan kekalahan
mereka yang telak. Mereka juga menghitung kaum mereka yang menjadi
tawanan di tangan Muhammad dan para sahabatnya. Dan mereka menjadi
bergidik saat mengingat para pembesar Quraisy yang mati terbunuh oleh
pedang kaum muslimin, dan mereka terkenang akan Al Qalib8
… Lalu
Shafwan langsung berseru: “Demi Allah, tidak ada kehidupan yang lebih
nikmat setelah mereka.” Umair menyahut: “Demi Allah, Engkau benar.”
Lama berselang Umair berkata lagi: “Demi Tuhan pemilik Ka’bah, kalau
aku tidak ingat hutangku yang tidak sanggup aku bayar. Kalau saja aku
tidak khawatir dengan keluarga yang aku khawatirkan kehidupan mereka
bila aku tidak ada. Pasti aku sudah mendatangi Muhammad dan
membunuhnya sehingga aku dapat menyelesaikannya dan menolak segala
kejahatannya…” Kemudian ia meneruskan lagi ucapannya dengan suara
7
Shafwan bin Umayyah bin Khalaf Al Jumahy Al Qurasy. Panggilannya adalah Abu Wahab yang
masuk Islam setelah penaklukan kota Mekkah. Dia adalah seorang yang terhormat dan dermawan dari
kalangan bangsawan Quraisy. Dia juga termasuk golongan muallaf (orang yang masuk Islam karena
hatinya telah ditundukan). Ia turut dalam perang Yarmuk dan meninggal di Mekkah pada tahun 41 H.
8
Al Qalib adalah sebuah sumur dimana terkubur di dalamnya kaum Musyrikin saat perang Badr.
pelan: “Dan keberadaan anakku yang bernama Wahab yang menjadi
tawanan mereka, itu yang membuat kepergianku ke Yatsrib menjadi hal
yang tidak dapat dielakan.”
Shafwan bin Umayyah memegang ucapan Umair bin Wahab. Sebelum
kesempatan berlalu, Shafwan memandang Umair seraya berkata: “Ya
Umair, aku akan menanggung semua hutangmu berapapun jumlahnya…
Sedang keluargamu, aku akan menjadikan mereka seperti keluargaku
selagi aku dan mereka masih hidup. Aku memiliki uang yang cukup
banyak untuk merawat mereka semua.” Umair lalu menjawab: “Kalau
begitu, jagalah pembicaraan ini dan jangan sampai ada seorangpun yang
tahu!” Shafwan langsung membalasnya: “Aku jamin.”
Umair bangkit dari Masjid dan api kedengkian menyala dengan hebat
dalam hatinya kepada Muhammad Saw. Ia lalu mempersiapkan bekal
untuk mewujudkan tekadnya. Ia tidak khawatir kegelisahan orang lain
akan perjalanan yang ia lakukan; hal itu karena para keluarga tawanan
Quraisy lainnya ragu untuk pergi ke Yatsrib demi mencari keluarganya
yang ditawan di sana.
Umair meminta keluarganya untuk mengasah pedangnya lalu
melumurkannya dengan racun. Dan ia juga meminta agar kendaraannya
dipersiapkan dan dibawa kehadapannya; dan iapun lalu
menungganginya… Ia mulai menuju Madinah dengan selendang
kebencian dan kejahatan. Akhirnya Umair tiba di Madinah dan ia berjalan
menuju Masjid untuk mencari Rasulullah Saw. Saat ia sudah hampir
mendekat ke pintu masjid, ia memberhentikan tunggangannya lalu turun.
Saat itu Umar bin Khattab ra sedang duduk bersama para sahabat yang
lain dekat pintu masjid. Mereka sedang mengenang perang Badr dan
tawanan Quraisy serta jumlah yang terbunuh dari pihak mereka. Mereka
juga mengenang para pahlawan muslimin dari suku muhajirin dan anshar.
Mereka juga mengingat anugerah kemenangan yang Allah berikan kepada
mereka, dan apa yang Allah perlihatkan kepada mereka tentang kekalahan
yang diterima oleh musuh.
Saat kepala Umar menoleh ia melihat Umair bin Wahab yang baru
turun dari kendaraannya. Terlihat Umair sedang berjalan ke arah masjid
dengan pedang terhunus. Maka Umar langsung bangkit dengan khawatir
seraya berkata: “Inilah si anjing musuh Allah Umair bin Wahab… Demi Allah, pastilah ia datang hendak membuat keburukan. Dialah yang pernah
menghasut kaum musyrikin di Mekkah untuk memusuhi kami. Dan dia
juga yang selalu menjadi mata-mata sebelum terjadinya perang Badr.” Lalu
Umar berpesan kepada para sahabatnya: “Pergilah kepada Rasulullah dan
tetaplah kalian bersamanya! Waspadalah saat setan pembuat makar ini
akan berlaku khianat kepada Beliau!”
Kemudian Umar datang menghadap Nabi Saw seraya berkata: “Ya
Rasulullah, ada musuh Allah bernama Umair bin Wahab datang dengan
membawa pedang terhunus. Aku menduga bahwa ia ingin membuat
kerusakan.” Lalu Rasul Saw bersabda: “Bawalah ia menghadapku.”
Kemuian Umar mendatangi Umair bin Wahab. Umar lalu mengambil
kerah baju Umair dengan keras, lalu melipat leher Umair sampai mencium
tempat pedang yang berada di pinggulnya. Lalu Umar membawanya
menghadap Rasul Saw.
Saat Rasulullah Saw mendapatinya dalam kondisi sedemikian, maka
Beliau bersabda kepada Umar: “Lepaskan dia, ya Umar!” Lalu Umar pun
melepaskannya, lalu berkata kepada Umair: Menjauhlah dari Rasul!” Lalu
Umair pun menjauh dari Rasul. Lalu Rasul Saw mendekat ke arah Umair
bin Wahab seraya bersabda: “Duduklah, ya Umair!” Lalu Umairpun duduk
dan berkata: “Selamat pagi!” Lalu Rasulullah Saw menjawab: “Allah telah
memulyakan kami dengan ucapan penghormatan yang lebih baik dari yang
kau ucapan, wahai Umair! Allah telah memuliakan kami dengan salam dan
itu adalah ucapan ahli surga.” Lalu Umair menjawab: “Demi Allah, apa
yang kau ucapkan tidak jauh berbeda dengan ucapan kami. Dan jarakmu
dengan kami hanya sedikit saja.” Lalu Rasul Saw bertanya kepadanya: “Apa
yang membawamu ke sini, wahai Umair?” Umair menjawab: “Aku ke sini
untuk memohon kebebasan bagi tawanan yang kalian tawan. Bersikaplah
baik kepadaku dalam hal ini.” Rasul Saw bertanya lagi: “Lalu apa
maksudnya pedang yang kau bawa di lehermu ini?” Umair menjawab: “Ini
adalah pedang yang jelek… apakah ia bermanfaat buat kami saat
terjadinya perang Badr?!!” Rasul Saw bertanya lagi: “Berkatalah yang jujur,
apa yang kau inginkan hingga datang ke sini, wahai Umair?” Umair
menjawab: “Aku hanya datang untuk maksud yang telah aku sebutkan.”
Rasul Saw bersabda: “Bukan, namun kau pernah duduk bersama Shafwan
bin Umayyah dekat Hijir Ismail, dan kalian berdua mengenang orangorang Quraisy yang terkubur di Al Qalib lalu kau berkata: ‘kalau bukan
karena hutang dan keluargaku aku akan datang kepada Muhammad lalu
membunuhnya… lalu Shafwan bin Umayyah bersedia untuk membayar
hutangmu dan menjaga keluargamu agar engkau dapat membunuhku…
dan Allah adalah penghalang dirimu untuk melakukannya.”
Umair merasa terkejut sesaat, lalu ia mengatakan: aku bersakdi bahwa
engkau adalah utusan Allah. Kemudian ia mengatakan: “Dahulu kami
selalu mendustakan apa yang engkau bawa dari berita langit. Dan kami
juga mendustakan wahyu yang turun kepadamu. Akan tetapi kisah
pembicaraanku dengan Shafwan bin Umayyah tidak ada yang
mengetahuinya selain aku dan dia.
Demi Allah, kini aku yakin bahwa yang telah memberitahukanmu
adalah Allah. Segala puji bagi Allah yang telah mengantarkan aku kesini
untuk menunjukkan aku kepada Islam.”
Lalu ia bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah. Dan akhirnya, ia pun masuk Islam.
Rasul Saw lalu bersabda: “Ajarkan saudara kalian ini tentang
agamanya. Ajarkan kepadanya Al Qur’an dan bebaskan tawanannya.”
Kaum muslimin amat bergembira dengan keislaman Umair bin Wahab;
bahkan Umar bin Khattab ra sempat berkata: “Tidak ada babi yang lebih
aku cintai selain Umair bin Wahab saat ia datang menghadap Rasulullah
Saw. Mulai hari ini ia adalh orang yang paling aku cintai daripada anakanakku sendiri.”
Saat Umair sedang mensucikan dirinya dengan ajaran Islam, mengisi
hatinya dengan cahaya Al Qur’an, dan mengisi hari-hari terindah dalam
sisa umurnya yang membuat ia terlupa akan Mekkah dan orang-orang
yang tinggal di dalamnya. Pada saat yang sama Shafwan bin Umayyah
sedang berangan-angan, dan ia melewati perkumpulan orang-orang
Quraisy sambil berkata: “Bergembiralah dengan berita besar yang akan
kalian dengan sebentar lagi. Sebuah berita yang akan membuat kalian
melupakan peristiwa Badr!”
Setelah penantian cukup lama yang dijalani Shafwan bin Umayyah,
maka sedikit demi sedikit ia merasa kekhawatiran merasuki dirinya.
Sehingga hatinya menjadi lebih panas ketimbang batu bara. Dan ia mulai
kasak-kusuk bertanya kepada para pengelana tentang kabar Umair bin
Wahab, namun tidak satu pun jawaban mereka yang dapat
memuaskannya. Namun datang seorang pengelana yang mengatakan
bahwa Umair telah masuk Islam. Begitu mendengar berita itu, seraya
tersambar petir Shafwan dibuatnya… karena ia menduga bahwa Umair bin
Wahab tidak akan masuk Islam meski semua manusia di bumi ini masuk
Islam.
Sedang Umair bin Wahab sendiri hampir saja menguasai agama yang
baru dianutnya dan menghapal beberapa ayat Al Qur’an yang mudah
baginya sehingga ia datang menghadap Nabi Saw seraya berkata: “Ya
Rasulullah dahulu aku adalah seorang yang selalu berusaha untuk
memadamkan cahaya Allah. Dahulunya aku adalah orang yang selalu
menyiksa para pemeluk Islam. Aku berharap engkau mengizinkan aku
untuk datang ke Mekkah untuk berdakwah kepada kaum Quraisy agar
kembali ke jalan Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka menerima dakwahku,
maka itu amat baik buat mereka. Jika mereka menolak dan berpaling
dariku, maka aku akan menyiksa mereka sebagaimana aku dulunya
menyiksa para sahabat Rasul Saw.”
Rasul Saw memberinya izin dan ia pun berangkat ke Mekkah.
Sesampainya di sana ia datang ke rumah Shafwan bin Umayyah sambil
berkata: “Ya Shafwan, engkau adalah salah seorang pemuka kota Mekkah,
seorang intelektual dari suku Quraisy. Apakah menurutmu apa yang kalian
lakukan dengan beribadah kepada batu dan melakukan penyembelihan
untuknya dapat diterima oleh akal untuk dijadikan agama?!”
Sedangkan aku kini telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Lalu Umair mulai berdakwah di Mekkah sehingga banyak orang yang
masuk Islam karena dakwahnya. Semoga Allah Swt melipatgandakan
pahala Umair bin Wahab dan memberikan cahaya pada kuburnya.
Untuk dapat mengenal sosok Umair bin Wahab lebih jauh dapat
merujuk ke:
1.ayat As Shahabah (Lihat daftar isi pada juz 4)
2. As Sirah karya Ibnu Hisyam dengan Tahqiq Al Saqaa: (lihat
daftar isi)
3. Ishabah 3/36 atau terjemah 6058
4. Thabaqat Ibnu Sa’d 4/146
Dari Al Adab Al Islamy
Iman Abdur Rahman Ra’fat Al Basya
Ridwan Abdur Rahman Ra’fat Al Basya
Untuk memiliki buku aslinya silahkan beli buku dari penerbit ini.
Sekian dan terimakasih.
“Maaf saya Cuma mau berbagi,
Tidak bermaksud merugikan pihak Mana pun”
Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )
Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري ) Tatkala malam sunyi menyapa ,Ku renung diri dalam gelita, Banyaklah dosa yang ku bawa, Namun hidup t...

-
Nama pria itu Raka. Pemalu, pendiam, tapi hatinya dalam. Ia tak pernah berani bicara soal cinta. Apalagi pada Alya, gadis satu kampung yang ...
-
Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري ) Tatkala malam sunyi menyapa ,Ku renung diri dalam gelita, Banyaklah dosa yang ku bawa, Namun hidup t...
-
Abu Nawas adalah tokoh legendaris yang dikenal dalam berbagai cerita humor Timur Tengah. Ia terkenal dengan kecerdikannya, yang seringkali...