Tampilkan postingan dengan label Cerita Fiksi Abu nawas Cerita Abu nawas Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Fiksi Abu nawas Cerita Abu nawas Cerpen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Desember 2024

Abu Nawas yang Lucu dan Cerdik: Sebuah Cerita Fiksi

 



Abu Nawas adalah tokoh legendaris yang dikenal dalam berbagai cerita humor Timur Tengah. Ia terkenal dengan kecerdikannya, yang seringkali diiringi dengan kelucuan yang membuat orang-orang di sekitarnya terkejut sekaligus tertawa. Meskipun kisah-kisah tentangnya bersifat fiksi, tak jarang Abu Nawas memberikan pelajaran berharga tentang kebijaksanaan melalui cara yang penuh humor.


Suatu Hari di Pasar


Pada suatu pagi yang cerah, Abu Nawas sedang berjalan-jalan di pasar. Ia melihat banyak pedagang yang sibuk menjajakan barang dagangannya. Tidak jauh dari sana, ada seorang pedagang daging kambing yang sedang berjualan dengan antusias. Abu Nawas, yang selalu punya cara unik dalam menghadapi kehidupan, memutuskan untuk mendekati pedagang itu.


"Pak pedagang, saya ingin membeli kambing yang paling gemuk dan enak. Tapi, saya hanya punya sedikit uang," ujar Abu Nawas dengan serius.


Pedagang tersebut merasa senang mendengar permintaan Abu Nawas. "Tidak masalah, Abu Nawas! Saya akan memberimu kambing terbaik, hanya untukmu!" jawabnya, dengan senyum lebar.


Abu Nawas berpikir sejenak, lalu dengan tenang berkata, "Tapi saya hanya ingin membeli bagian kambing yang paling enak, yang paling lezat."


Pedagang itu kebingungan. "Bagian kambing yang paling enak? Apakah itu dagingnya?" tanya pedagang itu, masih tidak yakin.


Abu Nawas tersenyum lebar dan menjawab, "Tentu saja! Tapi bagi saya, bagian yang paling enak adalah... cucian piring dari dapurmu!"


Pedagang itu terkejut. "Cucian piring? Apakah kamu serius?" tanyanya dengan kebingungan.


"Ya, tentu saja!" jawab Abu Nawas. "Karena dalam cerita-cerita fiksi, sering kali yang paling enak adalah hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan, seperti cucian piring yang sudah dibumbui dari makanan lezat!"


Mendengar jawaban tersebut, pedagang itu tak kuasa menahan tawa. Ia tertawa terbahak-bahak, dan tak lama kemudian, orang-orang di sekitar juga ikut tertawa. Abu Nawas memang selalu berhasil menciptakan momen-momen lucu yang tidak terduga.



---


Catatan: Cerita ini adalah karya fiksi yang terinspirasi dari tokoh legendaris Abu Nawas. Cerita ini bertujuan untuk menghibur dan memberikan pelajaran tentang kecerdikan dan humor yang cerdas dalam kehidupan.


Credit : CHATGPT

Rabu, 19 Juni 2024

Membalas Perbuatan Raja

 


Membalas Perbuatan Raja 

 Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan 

penuturan istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas 

titan langsung Baginda Raja membongkar rumah dan terus 

menggali tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Baginda 

bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas 

dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah mereka 

terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan. 

Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas. 

Apabila mengganti kerugian. inilah yang membuat Abu Nawas 

memendam dendam. 

 Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia 

menemukan muslihat untuk membalas Baginda. Makanan yang 

dihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya 

lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak. 

Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu 

makanan Abu Nawas yang sudah basi. la tiba-tiba tertawa riang. 

 "Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan 

sebatang besi.” Abu Nawas berkata kepada istrinya. 

 "Untuk apa?" tanya istrinya heran. 

 "Membalas Baginda Raja.” kata Abu Nawas singkat. 

Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju

istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan 

berkata, 

 "Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda 

hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak 

diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari 

hamba dan berani memakan makanan hamba.” 

 "Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu 

Nawas?" sergap Baginda kasar. 

 "Lalat-lalat ini, Tuanku.” kata Abu Nawas sambil 

membuka penutup piringnya. "Kepada siapa lagi kalau bukan 

kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan 

perlakuan yang tidak adil ini.” 

 "Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan

dariku?" 

 "Hamba hanya menginginkan ijin tertulis da ri Baginda 

sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat 

itu.” Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menotak 

permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri 

sedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa Baginda 

membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas 

memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap. 

 Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir 

lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di 

sana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya 

dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat 

itu. Ada yang hinggap di kaca. 

 Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga 

hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran 

patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya 

remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas 

tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di 

tempayan Baginda Raja. 

 Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali 

menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas 

dan keluarganya. Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon 

diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. 

Bukan hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu. Kini ia sadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu 

Nawas. Abu Nawas yang nampak lucu dan sering 

menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang 

dan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang yang 

mengusiknya. 

 Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti 

sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa 

yang dibawa dari istana. 


Karya : MB. Rahimsyah 

Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )

Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )   Tatkala malam sunyi menyapa ,Ku renung diri dalam gelita, Banyaklah dosa yang ku bawa, Namun hidup t...