Sabtu, 15 Juni 2024

KISAH NABI IDRIS AS

 







KISAH NABI IDRIS A.S.

Idris a.s adalah salah seorang rasul yang merupakan putra dari

Nabi Adam a.s yang pertama kali diberikan hak kenabian oleh Allah

setelah Adam dan Shiyth a.s. Nabi Idris adalah keturunan keenam

dari Nabi Adam, putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy

bin Shiyth bin Adam a.s. yang menjadi keturunan pertama yang diutus

menjadi nabi setelah Adam dan Shiyth. Menurut kitab tafsir, beliau

hidup 1.000 tahun setelah Nabi Adam wafat.

Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu,

kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk

mempermudah pekerjaan manusia,sepertipengenalantulisan, matematika,

astronomi, dan lain sebagainya. Menurut suatu kisah, terdapat suatu

masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga

Allah menghukum manusia dengan kemarau yang berkepanjangan.

NabiIdris pun turun tangan dan memohon kepadaAllah untuk mengakhiri

hukuman tersebut. Allah mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah

musim kemarau tersebut dengan ditandai turunnya hujan.

Nabi Idris diperkirakan bermukim di Mesir di mana ia berdakwah

untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah

menyembahAllahsertamemberibeberapapedomanhidupbagipengikutnya

supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.

NABI IDRIS KEDATANGAN TAMU

Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab

beliau dinamakan Idris, karena beliau banyak membaca, mempelajari

(tadarrus) kitab Allah SWT. Setiap hari Nabi Idris menjahit gamis (baju

kemeja),setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya,

beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian

pakaian itu diserahkannya kepada orang yang memesannya dengan

tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup

beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga

Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.

Kemudian Malaikat Maut memohon kepadaAllah SWT, agar diizinkan

untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat

pun duduk. Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang

masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari

Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan

tersebut. Kemudian beliau beribadah sepanjang malam. Pada suatu

malam Malaikat Maut datang menemuinya,sambil membawa makanan

dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris

berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati

makanan ini bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya. Nabi

Idristerus melanjutkan ibadahnya,sedangkan Malaikat Maut itu dengan

setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa heran melihat

sikap Malaikat itu. Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai tuan, maukah

kamu berkeliling bersamaku untuk melihat keindahan alam sekitar?

Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”

Maka berjalanlah keduanya melihat alam sekitar dengan berbagai

jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai

pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.:

“Wahai Nabi Allah Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil

ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa

malam tadi tuan tidak mau memakan makanan yang halal, sedangkan

sekarang tuan mau memakan yang haram?”

Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan

mereka. Tidak terasa oleh mereka bahwa mereka telah berkeliling

selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui

beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya

berbeda dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat

menahan hasrat ingin tahunya itu.

Kemudian beliau bertanya: “Wahaituan, bolehkah saya tahu,siapakah

tuan yang sebenarnya?”. Malaikat menjawab “Saya adalah Malaikat Maut.”

“Tuankah yang bertugas mencabutsemua nyawa makhluk?” “Benar

ya Nabi Allah Idris.”

“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan

juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk?”

“Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah

saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku,

aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyantap makanan.”

“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah

atau untuk mencabut nyawaku?”

“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan

niatku itu.”

“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu,

yaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada

AllahagarAllahmenghidupkansayakembali,supaya akudapatmenyembah

Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”

Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut

nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah.”

LaluAllahSWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut

nyawa Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka

Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu.

Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka

menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada

Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu.Allah mengabulkan

permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.

Malaikat Izrail membawa Nabi Idris ke Syurga dan ke Neraka

Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai

saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan rasa sakit dari maut itu?”

“Bila seekor binatang dikelupas kulitnya ketika ia masih hidup,

maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya.”Jawab

Nabi Idris a.s. Lalu Malaikat Izrail berkata “ Padahal kelembutan yang

saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu,

belum pernah saya lakukan terhadap siapapun sebelum tuan.” Kemudian

Nabi Idris berkata “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan

lagi kepada tuan, yaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka,

supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi,

setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu.” Malaikat Izrail

menjawab “Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa

izin dari Allah SWT.”

Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar

ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua

ke Neraka.Di Neraka itu,NabiIdris as. dapat melihat semua yang diciptakan

Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai

yang panas, ular yang berbisa, api yang membara, timah yang mendidih,

pohon yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.

Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka

pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut:

“Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, yaitu agar

tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga

saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasihkekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah

saya kepada Allah SWT.” Lalu Malaikat Izrail menjawab “Saya tidak dapat

membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.”

Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Mautsupaya

ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga.

Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di

pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi

Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat

melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT

untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, pohon-pohon yang

indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.

Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut,

saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya

api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku,

agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum

airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?”

Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian

Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian

harus keluarlagi. NabiIdris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan

sepatutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari

Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat

Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan Sepatutnya di dalam

Syurga.

Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil

sepatu tuan.” Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar

lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!.” Nabi

Idris menjawab “Tidak, wahai Malaikat Maut, karena Allah SWT telah

berfirman “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Ali-Imran: 185)

Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang

bermaksud: “Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi

Neraka itu.” (Maryam: 71)

Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah

lagi yang bermaksud: “… Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan

daripadanya (Syurga).” (Al-Hijr: 48)

MakaAllahmenurunkanwahyukepadaMalaikatMautitu: “Biarkanlah

dia, karena Aku telah menetapkan di azali, bahwa ia akan bertempat

tinggal di Syurga.”

Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah

SAW dengan firman-Nya bermaksud: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad

kepada mereka, kisah) Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya

ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan

kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Maryam: 56-57)

Nabi Idris di dalam Al-Qur’an dan Hadits Terdapat empat ayat

yang berhubungan dengan Idris dalam Al-Qur’an, dimana ayat-ayat

tersebut saling terhubung didalam Surah Maryam (Maryam) dan Surah

Al-Anbiya’ (Nabi-nabi).

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris(yang

tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat

membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke

martabat yang tinggi.” (Qur’an 19:56-57)

“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka

termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam

rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh.”

(Qur’an 21:85-86)

Dalam sebuah hadits, Idris disebutkan sebagai salah seorang dari

nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammad dalam salah

satu surga selama Mi’raj.

Diriwayatkan dari Abbas bin Malik “ Gerbang telah terbuka, dan

ketika aku pergi ke surga keempat, disana aku melihat Idris. Jibril berkata

(kepadaku). ‘Ini adalah Idris, berilah dia salammu.’ Maka aku mengucapkan

salam kepadanya dan ia mengucapkan salam kepadaku dan berkata 

‘Selamat datang,Wahai saudaraku yang alim dan nabi yang saleh.

(Sahih Bukhari)

Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:

Ibnu Abbas berkata, “Daud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang

petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah

penggembala.” (HR Al-Hakim)

Dikutip dari kitab: Qashash al-Anbiya, karya Ats-Tsa’laby

ÿ

NABI IDRIS A.S. DAN PEDOMAN HIDUP

Nabi Idris a.s adalah keturunan keenam Nabi Adam, putera dari

Yazid bin Mihla’iel bin Qoinan bin Anusy bin Syith bin Adam a.s dan

dia adalah keturunan pertama yang dikurniakan kenabian setelah

Adam dan Syith.

Nabi Idris a.s mengikut sementara riwayat bermukim di Mesir,

dimanaiaberdakwahuntukagamaAllahmengajarkantauhiddanberibadah

menyembahAllah serta memberi beberapa pedoman hidup bagi pengikutpengikut agar menyelamatkan diri dariseksaan di akhirat dan kehancuran

serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai berusia 82 tahun.

Di antara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :-

1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.

2.Orang yang bahagia adalah orang yang merendah diri dan mengharapkan

syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.

3. Bila kamu memohon sesuatu daripada Allah dan berdoa, maka

ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula puasa dan sembahyangmu.

4. Janganlah bersumpah dengan keadaan kamu berdusta dan janganlah

menuntutsumpahdariorang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui

mereka dalam dosa.

5. Bertaatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesarpembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan

syukur dan puji kepada Allah.

6. Janganlah iri terhadap orang yang mujur nasibnya karena mereka

tidak akan banyak dan lama menikmati kemujuran nasibnya.

7. Barang siapa melampaui kesederhanaan, tidak suatu pun akan

memuaskannya.

8. Tanpa membahagi-bahagikan nikmat yang diperolehi, seseorang

tidak dapat bersyukur kepada Allah atau nikmat-nikmat yang di perolehinya

itu.

Dikutip dari kitab: Qashash al-Anbiya’, karya Ibnu Kathir

Penulis

Prof.Dr. HM. Hasballah Thaib, MA

H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )

Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )   Tatkala malam sunyi menyapa ,Ku renung diri dalam gelita, Banyaklah dosa yang ku bawa, Namun hidup t...