Sabtu, 15 Juni 2024

KISAH NABI IBRAHIM A.S. DAN EMPAT EKOR BURUNG



 KISAH NABI IBRAHIM A.S. DAN EMPAT EKOR BURUNG

Alkisah ditengah-tengah masyarakat yang dipenuhi dengankesyirikan

dan noda kemaksiatan lahirlah seorang pemuda yang kelak kita kenal

sebagai Nabi Ibrahim. Ia anak dari seorang ayah yang bekerja sebagai

pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan utusan

Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauhjauh telah diilhami akal sehat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa

apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri

adalah perbuatan yang sesat yang menandakan kebodohan dan sempitnya

fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu

adalah perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi agar

mereka kembali kepada ibadah yang benar ialah ibadah kepada Allah

Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling

kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan

tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat

untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan

patung-patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata: ”Siapakah

yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? “

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi

syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya

ingin lebih dahulu mempertebal iman dan keyakinannya, menenteramkan

hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin

sesekali mengganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar

diperlihatkan kepadanya bagaimanaDia menghidupkan kembali makhlukmakhluk yang sudah mati.

Berserulah ia kepada Allah: “ Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku

bagaimanaengkaumenghidupkanmakhluk-makhlukyangsudahmati.”Allah

menjawab seruannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman

dan percaya kepada kekuasaan-Ku? “Nabi Ibrahim menjawab:” Betul,

wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada

kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala

ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan

hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kokoh keyakinanku kepadaMu dan kepada kekuasaan-Mu.”

Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu di perintahkanlah

ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan

meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi

berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang

sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak

setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.

Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu,

diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah

terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh

burung dari bahagian yang lain. Dengan izin Allah dan kuasa-Nya

datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh

bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan

Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup

kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana

Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhlukNya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu

yang tidak ada.

Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi

Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan

ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan

kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang

dapat menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “Kun” yang

difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikehendaki

“Fayakun”.

Dikutip dari kitab: Qashash al-Anbiya’, karya Al-Tsa’labi

Penulis

Prof.Dr. HM. Hasballah Thaib, MA

H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )

Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )   Tatkala malam sunyi menyapa ,Ku renung diri dalam gelita, Banyaklah dosa yang ku bawa, Namun hidup t...