Sabtu, 08 Juni 2024

KISAH SAHABAT NABI : ANAS BIN MALIK AL ANSHARY

 


                     Anas Bin Malik Al Anshary 

“Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan wa Baarik Lahu (Ya 

Allah berikanlah ia harta dan keturunan dan berkahilah dirinya).” 

(Doa Rasul Saw baginya) 

Anas bin Malik masih dalam usia belia saat ibunya yang bernama Al 

Ghumaisha’1

 mengajarkan kepadanya syahadatain (dua kalimat syahadat). 

Al Ghumaisha’ mengisi hati Anas untuk mencintai Sang Nabi pembawa 

ajaran Islam yang bernama Muhammad bin Abdillah alaihi afdhalus shalati 

wa azkas salam. 

Anas pun langsung tertarik untuk mendengarkan. Tidak 

mengherankan, terkadang telinga dapat membuat seseorang menjadi jatuh 

cinta sebelum pandangan mata menyaksikan... Betapa anak yang masih 

dalam usia belia ini berharap untuk pergi menjumpai Nabinya yang berada 

di Mekkah, atau Rasul Saw berkenan untuk mengunjungi mereka di Yatsrib

agar ia puas melihatnya dan bergembira karena telah berjumpa dengannya. 



Tidak lama berselang hingga di kota Yatsrib yang beruntung ini 

tersebar kabar bahwa Nabi Saw dan sahabatnya yang bernama As Shiddiq 

(Abu Bakar) sedang dalam perjalanan menuju Yatsrib... Maka setiap rumah 

menjadi ceria karenanya. Setiap relung hati manusia pun menjadi gembira 

dibuatnya... 

Semua mata dan hati manusia menjadi tertarik untuk menanti 

perjalanan yang disusuri oleh Nabi Saw dan sahabatnya menuju kota 

Yatsrib. 



Para remaja setiap pagi berteriak: “Muhammad telah datang!” Anas 

bersama bocah-bocah kecil lainnya berlari menuju ke sumber suara; akan 

tetapi ia tidak mendapati apa-apa dan akhirnya ia kembali dengan hati 

yang sedih. 



 

1

 Ada yang berpendapat nama beliau adalah Al Rumaisha. Namun nama Al Ghumaisha adalah 

pendapat yang lebih kuat karena merupakan sifat dari Ibu Anas. Lihat profil dirinya dalam kitab 

Shuwar min Hayati As Shahabiyaat karya penulis.


Di suatu pagi yang cerah dan segar, beberapa orang pria di kota Yatsrib

berteriak seraya mengatakan bahwa Muhammad dan seorang sahabatnya 

hampir tiba di Madinah. 

Serentak beberapa orang pria dewasa bergerak menuju jalan yang 

disusuri oleh Nabi Saw... 

Mereka semua bergegas secara berbondong-bondong berlari 

menghampiri Nabi Saw dan di antara mereka juga banyak anak dalam usia 

belia yang dengan wajah berseri dan hati bahagia pergi menyongsong 

kedatangan sang Nabi Saw. 

Di barisan para anak usia belia tersebut terdapat seorang anak yang 

bernama Anas bin Malik Al Anshary. 



Tibalah Rasul Saw beserta sahabatnya As Shiddiq. Mereka berdua tiba 

dengan sambutan meriah yang diberikan penduduk Madinah yang penuh 

sesak terdiri dari para pria dewasa dan anak-anak. 

Sedang para ibu dan gadis berada di atap rumah, memandang dari 

kejauhan datangnya sang Rasul Saw. Mereka bertanya-tanya: “Yang mana 

Rasul.... Yang mana Rasul?” 

Hari itu menjadi sejarah... Anas masih terus mengenangnya hingga 

pada usianya yang lebih dari 100 tahun. 



Baru saja Rasulullah Saw hendak tinggal dan menetap di Madinah; 

datanglah Al Ghumaisha’ binti Milhan ibunya Anas menghadap Beliau. 

Al Ghumaisha’ membawa anaknya yang masih kecil yang diajak untuk 

menghadap Rasulullah. Saat itu Anas berambut poni dengan uraian rambut 

kecil yang bergerak ke kanan dan ke kiri menutupi keningnya... 

Lalu Al Ghumaisha’ memberi salam kepada Nabi Saw seraya berkata: 

“Ya Rasulullah... Tidak ada seorang pria dan wanita pun dari suku Anshar 

yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku 

tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja... 

Ambillah ia dan jadikanlah ia pembantu sesuka hatimu!” 

Nabi Saw gembira mendengarnya dan Beliaupun menerima Anas 

dengan wajah yang sumringah. Beliau membelai kepala Anas dengan 

tangan Beliau yang mulia. Beliau juga membelai rambut poni Anas dengan 

jari Beliau yang lembut. Akhirnya Rasul Saw menerima Anas menjadi 

anggota keluarganya. 




Anas atau Unais –sebagaimana penduduk Madinah memanggilnya 

dengan panggilan manja- saat itu berusia 10 tahun saat ia mulai bahagia 

dapat membantu Nabi Saw. Ia terus tinggal dalam asuhan Nabi Saw hingga 

Beliau dipanggil oleh Allah Swt. 

Anas mendampingi Nabi Saw selama 10 tahun, dimana ia mendapatkan 

petunjuk langsung dari Nabi Saw untuk mensucikan dirinya. Ia juga 

menerima seluruh hadits Rasulullah sehingga memenuhi ruang dadanya. 

Anas juga mengetahui kondisi, cerita, rahasia dan kebiasaan terpuji Beliau 

yang jarang diketahui oleh orang lain. 



Anas dalam pergaulannya dengan Nabi Saw mendapatkan apa yang 

tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. Ia juga menemukan dari 

keagungan sifat Rasul yang membuat seluruh dunia merasa iri kepadanya. 

Mari kita persilahkan Anas untuk bercerita tentang beberapa kisah 

menarik dari pergaulannya dengan Rasul Saw yang ia dapatkan dalam 

asuhan Beliau. Ia amat mengetahui hal ini, dan untuk menceritakannya ia 

amat berkompeten... 

Anas bin Malik berkata: “Rasulullah Saw adalah manusia yang paling 

baik akhlaknya, Beliau adalah manusia yang paling lapang dada dan Beliau 

adalah manusia yang paling penyayang... 

Beliau pernah menyuruhku untuk membeli sesuatu dan akupun keluar 

untuk membelinya. Di tengah jalan Aku berniat untuk bermain bersama 

para anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang diperintahkan 

oleh Rasul kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi aku 

merasakan ada seorang pria yang berdiri di belakangku, dan ia menarik 

bajuku... Aku menoleh ke belakang, ternyata ia adalah Rasulullah Saw. 

Beliau tersenyum seraya berujar: “Wahai Unais, apakah kau sudah 

melakukan apa yang aku suruh?” Aku menjadi grogi dan berkata: “Baik... 

aku akan melakukannya sekarang, Ya Rasulullah....” 

Demi Allah, aku sudah membantu Beliau 10 tahun lamanya, namun 

atas apa yang aku lakukan sepanjang itu Beliau tidak pernah berkata: 

“Mengapa kau lakukan ini?” Dan Beliau tidak pernah berkata atas apa 

yang tidak aku kerjakan: “Mengapa kau tidak mengerjakannya?” 



Rasulullah Saw jika memanggil Anas maka Beliau memanggilnya 

dengan panggilan manja dan kasih sayang; terkadang Beliau 

memanggilnya dengan Unais. Kadang kala Beliau memanggilnya dengan 

‘Anakku’. 

Sering kali Rasulullah memberikan nasehat dan wejangan yang 

memenuhi relung hati dan sanubari Anas. Salah satunya adalah nasehat 

Beliau kepada Anas:

“Anakku, bila kau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada 

dengki di hatimu pada siapapun, maka lakukanlah...! Anakku, yang 

demikian adalah termasuk sunnahku, barang siapa yang 

menghidupkan sunnahku maka ia telah mencintaiku... barang siapa 

yang mencintaiku maka ia akan berada di surga 

bersamaku...Anakku, jika kau masuk ke dalam rumah ucapkanlah 

salam karena itu akan membawa keberkahan bagimu dan juga bagi 

penghuni rumahmu.” 



Setelah Rasulullah Saw wafat Anas bin Malik masih hidup lebih dari 80 

tahun lamanya; Sepanjang itu ia mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari 

Rasulullah Saw, dan ia mencoba mengasah otaknya dengan fikih yang 

diajarkan oleh Nabi Saw. Dalam masa yang sepanjang itu, Anas telah 

banyak menghidupkan hati para sahabat dan tabi’in2 dengan petunjuk dan 

ajaran Nabi Saw. Ia juga sering memberitahukan kepada orang lain sabda 

dan kebiasaan Rasulullah Saw. 

Dalam usia panjang yang dimilikinya ini, Anas menjadi referensi bagi 

kaum muslimin saat itu. Mereka akan mengadukan permasalahan 

kepadanya setiap kali mereka merasakan kesulitan. Setiap kali merasa 

bingung memutuskan suatu persoalan hukum mereka datang kepada Anas 

dan percaya atas apa yang ia putuskan. 

Salah satunya adalah sebagian orang yang memperdebatkan masalah 

agama tentang kebenaran adanya telaga Nabi Saw di hari kiamat. Mereka 

bertanya kepada Anas tentang hal tersebut. Anas berujar: “Aku tidak 

pernah menduga bahwa aku akan hidup untuk melihat orang-orang 

sepertimu yang memperdebatkan masalah telaga Rasul. Telah banyak 

wanita-wanita tua sebelumku, dimana setiap kali ia melakukan shalat pasti 

ia berdoa kepada Allah agar diberikan air minum dari telaga Nabi Saw.” 



Anas masih terus hidup dengan kenangan indah bersama Rasulullah 

Saw sepanjang umurnya. Ia amat bahagia di hari saat ia berjumpa dengan 

Beliau. Begitu terguncang saat berpisah. Ia sering kali mengulangi 

pembicaraan tentang hal tersebut... Anas begitu keras untuk berusaha 

mencontoh Rasulullah Saw dalam perbuatan dan ucapannya. Ia menyukai 

apa yang disukai Nabi Saw, dan membenci apa yang Beliau benci. Hal yang 

paling sering ia ingat saat bersama Nabi Saw adalah 2 hari: Hari pada kali 

 

2

 Tabi’in: Mereka adalah generasi pertama setelah masa para sahabat Nabi Saw. Para Ulama hadits 

membagi mereka menjadi beberapa tingkatan (tabaqat). Para tabi’in generasi awal adalah mereka yang 

sempat berjumpa dengan kesepuluh nama sahabat yang dijamin masuk surga, dan generasi tabi’in 

terakhir adalah mereka yang sempat berjumpa dengan para sahabat Nabi Saw yang berusia muda atau 

para sahabat yang wafat pada akhir-akhir masa… Lihat kitab Shuwar min Hayatit Tabi’in.


pertama ia berjumpa dengan Nabi Saw, dan hari dimana Beliau wafat pada 

terakhir kali. 

Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembira 

dan semangat seolah ia menghirup aroma yang semerbak. Namun bila 

terbersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis. 

Malah ia mampu membuat manusia yang berada di sekelilingnya saat itu 

menjadi menangis. 

Sering kali ia berkata: “Aku melihat Nabi Saw saat Beliau datang kepada 

kami, dan akupun melihatnya saat Beliau wafat. Sampai kini aku belum 

menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada hari Beliau datang 

ke Madinah, Beliau mampu menerangi semuanya... dan pada hari ia 

hampir melangkah menuju sisi Tuhannya, maka seolah semuanya menjadi 

gelap. Kali terakhir aku melihat Beliau adalah hari Senin di saat tirai kamar 

Beliau di buka. Aku melihat wajah Beliau seolah lembaran kertas. Saat itu 

semua orang berdiri di belakang Abu Bakar seraya memandang ke arah 

Beliau. Hampir saja mereka tak kuasa menahan diri. Lalu Abu Bakar 

memberi isyarat kepada mereka untuk tenang. Lalu wafatlah Rasulullah 

Saw di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat pemandangan 

yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah Beliau saat kami 

mengubur jasad Beliau dengan tanah.” 



Rasulullah Saw sering kali mendo’akan Anas bin Malik.. Salah satu doa 

Beliau untuknya adalah: “Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa 

Baarik Lahu (Ya Allah, berikanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah 

hidupnya).” 

Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, dan Anas menjadi orang dari suku 

Anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat 

banyak, sehingga bila ia melihat anak serta cucunya maka jumlahnya 

melebihi 100 orang. 

Allah Swt memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 

abad lamanya ditambah 3 tahun lagi. 

Anas ra senantiasa berharap syafaat Nabi Saw untuk dirinya pada hari 

kiamat. Sering kali ia berucap: “Aku berharap dapat berjumpa dengan 

Rasulullah Saw pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata kepada 

Beliau: “Ya Rasulullah, inilah pembantu kecilmu, Unais.” 



Ketika Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, ia berujar 

kepada keluarganya: “Talqinkan aku kalimat La ilaha illahu, 

Muhammadun Rasulullah.” Ia terus mengucapkan kalimat tadi hingga ia 

mati.

Ia berwasiat kepada keluarganya tentang sebuah tongkat kecil milik 

Rasulullah Saw agar tongkat tersebut dikuburkan bersamanya. Maka 

tongkat itupun diletakkan di sisi tubuh dan bajunya. 



Selamat kepada Anas bin Malik atas anugerah kebaikan yang telah 

Allah berikan kepadanya. Ia pernah hidup dalam bimbingan Rasulullah 

Saw 10 tahun lamanya. Ia juga termasuk perawi hadits Rasul terbanyak 

pada urutan ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Semoga 

Allah Swt membalas kebaikan dirinya dan ibunya yang bernama Al 

Ghumaisha atas jasa baik yang mereka lakukan terhadap Islam dan kaum 

muslimin. 

Untuk mengenal lebih dekat profil Anas bin Malik dapat merujuk ke: 

1. Al Ishabah 1/71 atau profil hal 277 

2. Al Isti’ab (Hamisy Al Ishabah) 1/71 

3. Tahdzhib Al Tahdzhib: 1/376.

4. Al Jam’u baina Al Rijal Al Shahihin: 1/35 

5. Usudul Ghabah: 1/258

6. Shifatus Shafwah: 1/298. 

7. Al Ma’arif: 133 

8. Al Ibar: 1/107 

9. Sirah Bathal: 107 

10. Tarikh Al Islam Al Dzahaby: 3/329 

11. Ibnu Asakir: 3/139 

12. Al Jarh wa Al Ta’dil: bagian 1 jilid 1/286

Cerita ini bersumber dari penerbit :

Dari Al Adab Al Islamy 

Iman Abdur Rahman Ra’fat Al Basya 

Ridwan Abdur Rahman Ra’fat Al Basya


Untuk memiliki buku aslinya silahkan beli buku dari penerbit ini. 

Sekian dan terimakasih. 


“Maaf saya Cuma mau berbagi, 

Tidak bermaksud merugikan pihak Mana pun”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )

Syair Insaf Diri ( سياير انساف ديري )   Tatkala malam sunyi menyapa ,Ku renung diri dalam gelita, Banyaklah dosa yang ku bawa, Namun hidup t...